Ada Udang di Balik Batu, Wisata Vaksin di Balik Bambu

Siapa yang sudah tidak tahan lagi berlama-lama di rumah aja, dan ingin segera jalan-jalan berwisata? Siapa yang ingin pergi ke tempat wisata walaupun PPKM masih berlaku, tapi tanpa rasa bersalah? Bila saya dihadapkan pada dua pertanyaan itu, maka saya akan mengangkat tangan dua kali. Mungkin banyak juga di antara kita yang sependapat. Ya, kan?

Walaupun sebetulnya saat ini sebagian tempat wisata sudah boleh beroperasi, tapi terus terang saya masih enggan bepergian. Saya masih merasa tidak tenang bepergian apalagi berwisata di situasi saat ini. Mungkin saat perginya menyenangkan, tapi pulangnya pasti kepikiran dan was-was. Jangan-jangan saya pulang bawa virus diam-diam. Ngeri juga! Seketat apa pun prokes kita terapkan, risiko itu masih tetap ada.

Antivirus Corona

Seorang rekan saya heran, kenapa saya betah tidak keluar rumah, tidak pergi ke mana-mana. Dia malah meyakinkan saya, begini katanya, “Jalan-jalan ke mal aman kok, kan udah pakai scan QR pakai aplikasi PeduliLindungi, pakai Tokopedia juga bisa. Aman lah.”

Mmm… saya gagal paham. Entah karena saya yang terlalu kudet, atau rekan saya yang terlalu lucu. Gimana bisa aplikasi di hape bikin jalan-jalan ke mal jadi aman? Aplikasi kan tidak bisa mencegah kita terkena virus. Memangnya vaksin? Begitulah pikir saya.

Sampai hari ini saya masih cenderung merasa berat untuk keluar rumah bila tidak penting-penting amat, walaupun keinginan cukup besar. Saya yakin di luar sana ada juga orang-orang yang seperti saya, kontras dengan beberapa berita yang menyebutkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap prokes mulai menurun akhir-akhir ini.

Sebetulnya bukan masalah penakut, tapi lebih berupa kehati-hatian yang ekstra, untuk meminimalisir risiko sekecil mungkin terkena paparan virus. Keinginan berwisata masih bisa saya redam, karena saya anggap tidak terlalu penting untuk dilakukan. Saya bisa menggantinya dengan bentuk refreshing lainnya yang lebih minim risiko.

Baca juga → 7 Penyebab Kena Covid Walau di Rumah Aja

Wisata Terpaksa

Konsep berwisata menurut saya adalah untuk memenuhi keinginan, bukan sebuah keharusan. Bisa dilaksanakan, ya bagus. Namun bila masih tahan dan tidak harus dilakukan, ya boleh-boleh saja. Nah, bagaimana bila berwisata ini tiba-tiba menjadi sebuah kebutuhan yang harus dilakukan?

Baru-baru ini ada konsep yang disebut “wisata vaksin”. Pertama kali mendengarnya, saya pun agak bingung, apa hubungannya wisata dengan vaksin?

Dalam benak saya wisata itu hal yang santai dan menyenangkan. Sedangkan vaksin adalah hal yang serius dan menegangkan.

Saat mendengar kata wisata, yang terlintas di kepala saya adalah pantai, gunung, alam terbuka, aroma embun di pagi hari, tawa-tiwi ceria. Saat mendengar kata vaksin, yang terlintas di kepala saya adalah rumah sakit, dokter, suntikan, aroma alkohol campur karbol, wajah-wajah tegang.

Wisata adalah tentang kebebasan, dan biasanya bisa dilakukan kapan saja saat sedang mood. Vaksin adalah tentang keharusan, karena suatu kondisi yang memaksa dan tidak bisa dilakukan kapan saja ketika sedang mood. Itu adalah dua hal yang sangat berlawanan.

Saat ingin berwisata, kita bisa dengan santai berkata, “Gua lagi pengen jalan-jalan nih, pergi yuk…” Namun tidak demikian dengan vaksin. Tidak akan ada orang yang berkata, “Gua lagi pengen divaksin, pergi yuk…”

Nah, konsep “wisata vaksin” ternyata menggabungkan keduanya. Kalimatnya jadi begini, “Kita pergi jalan-jalan yuk, sekalian divaksin…” atau “Kita ikutan vaksin yuk, sambil jalan-jalan…” Wah, terdengar seperti angin segar bukan?

Orang yang tadinya enggan keluar rumah untuk jalan-jalan yang “kurang penting”, sekarang jadi merasa penting dan “harus” pergi ke tempat wisata demi mendapatkan vaksin. Bahkan, orang yang tidak suka dan tidak niat berwisata pun “terpaksa” berwisata juga, karena vaksinasinya diadakan di tengah-tengah tempat wisata!

Pemandangan Alam Dusun Bambu
Pemandangan alam kawasan wisata Dusun Bambu di kaki Gunung Burangrang, Jawa Barat (sumber: tour.dusunbambu.id)

Mencari Vaksin ke Dusun Bambu

Tempat-tempat wisata di daerah Lembang memang dari dulu dikenal ramai pengunjung. Kemacetan sudah menjadi pemandangan umum terutama pada saat weekend. Namun di tengah situasi pandemi dan PPKM, kunjungan wisatawan pastilah berkurang drastis, apalagi di hari biasa. Dua bulan terakhir ini terjadi hal yang sebaliknya. Bahkan di hari biasa pun beberapa tempat wisata itu penuh. Masuk dan keluarnya sampai mengantre panjang.

Tidak hanya di daerah Lembang saja, wisata vaksin juga sudah diadakan di tempat-tempat wisata Bandung Selatan, seperti di Kampung Batu Malakasari dan Cicalengka Dreamland.  Program wisata vaksin yang didorong oleh Disparbud Jabar bersama dengan Pemkab Bandung dan Pemkab Bandung Barat rupanya berhasil mendatangkan ribuan wisatawan, sedikit menggeliatkan kelesuan pariwisata dikarenakan pandemi.

Tunggu dulu, sebutannya wisatawan? Orang yang divaksin, disebut wisatawan? Ya, tentu! 

Orang yang datang ke tempat wisata, cocoknya disebut wisatawan. Betul bukan? Masa disebut pasien? Inilah uniknya wisata vaksin. Konsep orang yang divaksin, yang di RS atau Puskesmas biasanya lebih pas disebut sebagai pasien, hilang sudah. Mereka yang pergi ke Dusun Bambu untuk mengikuti vaksinasi, ya tentunya juga disebut wisatawan. Entah wisatawan “terpaksa” ataupun wisatawan “mumpung”, atau bisa juga wisatawan murni yang memang sudah niat berwisata, tapi kebetulan pas ada program vaksinasi, sebutannya sama saja: wisatawan.

Menu Vaksin Pilihan


(@asna.a)

foto atas: Wisata Vaksin di Dusun Bambu

opini
5 bintang | 3 pendukung