Agile Team Meeting

Agile atau Mati

Pada era sekarang ini, perubahan semakin terasa terutama dengan adanya pandemi Covid-19. Tuntutan dari dalam perusahaan maupun lingkungan luar perusahaan tentunya semakin eksponensial. Berdasarkan pengalaman saya sebagai Event and Community Specialist, saya ingin membagikan pandangan saya setelah menjalani atmosphere yang berbeda.

Saya dituntut untuk menjadi individu yang adaptif, agar tetap dapat bertahan di tengah permintaan-permintaan yang meningkatkan stres. Kaget? Ehm, rasanya engga, semua itu based on pengalaman saya menangani eventevent yang ada di kampus salah satu perguruan tinggi di Bandung.

Yakin semuanya bisa tertangani?

Rasanya ga juga, sempat beberapa hal menjadi keteteran. Itu semua yang dirasakan ketika menjabat sebagai panitia acara di salah satu acara besar fakultas. Saya merasa ada yang kurang dari bentuk koordinasi antara panitia dengan petinggi-petinggi yang ingin event ini berjalan dengan sempurna, tapi pada akhirnya membuat semuanya rumit. Untungnya salah satu dari kami berusaha membicarakan dengan baik kepada petinggi. Iya, agar birokrasi ini tidak memusingkan persiapan acara yang ingin terlihat “sempurna”.

Agile Organization

Baiklah, mari kita lihat ke arah “birokrasi”. Di sini birokrasi pada akhirnya mempersulit tindakan-tindakan yang harus diambil. Waktu menuntut untuk semuanya cepat selesai, tapi birokrasi yang pada akhirnya memperlambat semua keputusan itu. Nah, kembali melihat ke tempat saya bekerja saat ini, di sana betul-betul ditekankan bagaimana kita menjadi pribadi yang agile.

Agile organization adalah cara yang lebih tepat diterapkan di dalam organisasi suatu perusahaan atau instansi. Di sini yang perlu ditekankan adalah rasa kepercayaan terhadap masing-masing individu yang sudah ditempatkan di posisi masing-masing. Diperlukan juga penempatan individu yang tepat agar segala pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.

Agile organization bukan berarti semuanya dapat berjalan dengan sendirinya. Yang dimaksud di sini adalah para petinggi yang memiliki kesibukan masing-masing, bisa diganggu di waktu tertentu untuk memastikan pekerjaan kita apakah sudah sesuai atau belum. Namun kembali lagi, karena semua dituntut untuk agile, maka inisiatif dari masing-masing individu juga penting agar semuanya dapat berjalan dengan baik.

Tunggu dulu, apakah semuanya semudah itu?

Oh, pasti ga mudah. Semua ini juga butuh proses, terlebih dari yang organisasinya memiliki sistem birokrasi rumit. Kembali lagi ditekankan di sini, bahwa inisiatif dan adaptif adalah hal yang diperlukan untuk masing-masing anggota organisasi itu. Apalagi di tengah era disrupsi ini, harus ada leader yang mampu memberikan contoh yang tepat agar pada akhirnya perubahan itu mampu diterima oleh masing-masing anggotanya. Ingat, dengan perubahan era yang semakin mendisrupsi ini, pasti harus mampu memilih. Berubah menjadi agile organization atau tetap dengan birokrasi yang ada, tetapi pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja masing-masing divisi.

Selama saya berada di dalam perusahaan yang menuntut sikap agile ini, ternyata memang relate dengan kehidupan anak muda yang tidak mau banyak diatur. Kita dapat lebih leluasa mengekspresikan ide kita tetapi tetap dihargai dengan selayaknya. Tentu penghargaan ini juga penting karena menurut saya, ketika sudah dipercaya sepenuhnya memegang suatu tanggung jawab, pada akhirnya kita bisa memberikan usaha yang maksimal pula.

Mari bergerak dengan perubahan, lebih peka dengan lingkungan sekitar, dan keluar dari zona nyaman, karena era disrupsi ini bisa mengubah apa pun, siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Disruption pada akhirnya tidak memandang bulu, siapa yang bisa berubah dan beradaptasi, dialah pemenangnya. Jadi, siapkah kita berubah atau lebih memilih mati tergerus oleh zaman?


(Laurentius Calvin Santoso)

Temukan artikel bisnis lebih lengkap di sini → Manis Getir Dunia Bisnis

bisnis khusus
5 bintang | 2 pendukung