Ruqayyah Cetta di Nava Sajiva, Maranatha

Blakblakan VM Belia di Nava Sajiva, Cara Desainer Tetap Laku di Era AI

“Orang akan malas mencari jasa interior designer, … sekarang sudah gampang banget pakai AI.” Kalimat ini diucapkan oleh Ruqa, seorang desainer interior yang saat ini berkarier sebagai visual merchandiser (VM) di perusahaan ternama MOIEHAUS.

Desainer tentu waswas mendengar kalimat itu. Bagaimana nasib para desainer nantinya? Apakah AI akan membuat profesi desainer punah?

Langsung ke Bagaimana agar Desainer Tidak Tergusur oleh AI?

Ucapan Ruqa tidak berhenti sampai di situ. Ia juga bilang, “Sebagai seorang interior designer, saya tidak merasa begitu terancam dengan adanya AI.” Rupanya ada angin segar.

Mengapa Ruqa tidak khawatir?

Desainer vs. Artificial Intelligence (AI)

  • Apa masalahnya dengan AI?
  • Apa yang membuat desainer interior tetap dibutuhkan walaupun saat ini semuanya serba-AI?
  • Apa yang harus dilakukan desainer agar tidak punah tergusur oleh AI?

Baca juga → MOIEHAUS Hadirkan Panton Chair di Nava Sajiva

Pertanyaan-pertanyaan ini menarik untuk dipikirkan dan dijawab, karena menyangkut masa depan profesi desainer interior, juga profesi desainer lainnya secara umum.

Ruqayyah Cetta, visual merchandiser MOIEHAUS berbincang eksklusif bersama Majalah M! di pre-event Nava Sajiva (23/1/2025)

Mengapa Desainer Khawatir Ancaman AI?

Pada era serba-AI sekarang ini, orang-orang dapat dengan mudah mengeksplorasi karya-karya desain menggunakan AI. Mereka dapat mengambil dan mengolah gambar sesuai visual yang diinginkan dengan aplikasi-aplikasi AI.

Dengan demikian, wajar bila para desainer merasa waswas karena teknologi AI bisa menghasilkan gambar-gambar desain layaknya hasil karya seorang desainer.

Apa Kelemahan AI?

Memang benar bahwa AI bisa menghasilkan gambar-gambar untuk visualisasi desain interior, atau karya desain lainnya secara umum. Namun, AI hanyalah teknologi, bukan desainer. Ada peran dan fungsi penting desainer yang tidak dapat dilakukan oleh AI.

“AI hanyalah tools, tidak dapat men-translate ke real life,” kata Ruqa.

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya interior designer bukan sekadar urusan membuat gambar desain secara visual saja.

Mengapa Desainer Interior Tetap Dibutuhkan?

Interior designer bukan cuma secara visual, jadinya mau seperti ini,” ungkap Ruqa. Peran seorang desainer interior juga meliputi aspek technical, juga aspek personal yang membuat suatu karya desain bisa sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien.

“Pengerjaan AI itu untuk adjustment atau revisi akan susah,” kata Ruqa. Cara kerja AI menghasilkan gambar dengan mengolah dan mengambil gambar-gambar yang sudah ada sebelumnya, bukan merupakan gambar original.

Lain halnya dengan proses bekerja seorang desainer, ia akan menggali semua kebutuhan dan keinginan klien, untuk kemudian diwujudkan menjadi rancangan yang benar-benar sesuai dengan kemauan si klien.

Dalam perjalanan proses itu, biasanya terjadi revisi-revisi rancangan sampai hasil akhirnya benar-benar sesuai harapan klien. Di sinilah faktor personal sangat dibutuhkan.

Desainer Interior Masih Dicari?

Ruqa menambahkan, “Dunia desain interior saat ini berkembang cukup pesat, dan klien-klien masih percaya kepada desainer interior.”

Intinya, jasa desainer interior profesional masih dicari oleh klien, baik untuk pekerjaan-pekerjaan skala kecil seperti styling, renovasi ruang dalam rumah, ataupun untuk skala besar. Pendapat Ruqa ini agak kontradiktif dengan kalimat sebelumnya yang dikutip pada bagian awal artikel ini.

Artinya, ada sebagian masyarakat yang memang kurang mengenal perlunya jasa desainer interior, tetapi ada juga yang sudah memahami pentingnya desainer interior. Kelompok kedua ini biasanya mereka yang sudah pernah menggunakan jasa desainer interior profesional, atau dari kalangan industri.

Bagaimana agar Desainer Tidak Tergusur oleh AI?

Desainer perlu memanfaatkan AI dalam proses berkarya, sebagai tools untuk menjadi lebih kreatif dan produktif. Desainer bisa menggunakan AI untuk membantu proses brainstorming dan mencari inspirasi atau referensi.

Namun demikian, desainer interior tetap punya tanggung jawab bahwa karya yang mereka hasilkan adalah karya mereka sendiri yang original, bukan karya AI.

“Kita sebagai interior designer harus punya pride, bahwa itu adalah karya kita sendiri,” tegas Ruqa.

Ia menegaskan lagi bahwa tugas seorang desainer interior bukan sekadar menghasilkan karya desain dan mempresentasikannya secara visual. Melalui karyanya, seorang desainer interior juga mempertanggungjawabkan material dan hasil akhirnya.

Ruqa berpendapat, “Sebagai desainer kita harus menguasai material dan menguasai medan.”

Selain itu, seorang desainer harus menjalankan aspek hubungan personal agar klien dan desainer saling mengenal dan membangun kepercayaan.

Baca juga → Janjikan Pengalaman Unik, Nava Sajiva Experience Space 2025 Siap Gebrak Bandung

Kesimpulan Penutup

Pernyataan Ruqa yang amat tegas berikut ini perlu dicatat baik-baik.

“AI tidak akan bisa menggantikan interior designer …”

Ruqayyah Cetta

Tentu perkataan Ruqa itu ada dasarnya. Ia mengemukakan bahwa sejauh ini AI dapat berperan pada visualisasi. Akan tetapi, yang akan mewujudkan rancangan menjadi hasil akhir di dunia nyata adalah desainer interior bersama dengan kontraktor, para vendor, dan kolaborasi banyak pihak lainnya.

Pernyataan Ruqa berikutnya juga amat tegas, sambungan dari kalimat sebelumnya.

Ia melanjutkan, “… kecuali ia tidak mendalami peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang interior designer.”

Ia mencontohkan seorang interior designer yang bermain di ranah tidak benar, misalnya menghasilkan karya tidak original, tidak menguasai material, berkarya hanya “on-the-surface” saja, dan tidak dapat mempertanggungjawabkan hasil akhirnya.

Itulah beberapa pendapat dan tips penting yang dibagikan oleh seorang praktisi desainer interior Indonesia, Ruqayyah Cetta alias Ruqa. Para desainer interior perlu mengikuti saran-saran itu kalau tidak ingin punah dan tergusur oleh AI.

Setuju?


(aa)

foto atas: Ruqayyah Cetta membawakan workshop pre-event Nava Sajiva (sumber: Maranatha News)

editor: MA

opini pendidikan rekomendasi
5 bintang | 2 pendukung