Universitas Kristen Maranatha berkomitmen untuk memberikan edukasi sosial politik bagi masyarakat luas melalui kuliah-kuliah umum. Salah satunya adalah menghadirkan para tokoh dan pemimpin nasional dalam kuliah umum tersebut. Maranatha mau mengundang semua tokoh dan calon pemimpin nasional.
Kali ini Ganjar Pranowo. Ia baru saja memberikan kuliah umum di Universitas Kristen Maranatha (11 Oktober 2023). Kuliah umum kali ini bertajuk “Kepemimpinan Transformasional yang Menyejahterakan Wong Cilik”.
Belajar dari Ganjar
Datang lebih awal, Ganjar mengunjungi food court Eureka di kampus swasta terbaik di Kota Bandung ini. Ganjar tampak menikmati sambutan ramah civitas academica. Mahasiswa pun terlihat begitu antusias menyambut Gubernur Jawa Tengah dua periode itu.
Baca juga → Menkumham Yasonna Sebut Indonesia Emas 2045 Jangan Ditunggu
Setelah menyantap “nasi kucing” dengan tempe dan tahu, juga meladeni permintaan foto dari mahasiswa dan pegawai food court, Ganjar pun menuju ruang Museum Maranatha untuk melihat kilasan sejarah kampus ini, ditemani Rektor, Prof. Sri Widiyantoro.
Setelah itu, Ganjar menuju ruang auditorium untuk memberikan kuliah umum.
Komunikator Ulung
Ganjar Pranowo adalah seorang komunikator yang sangat baik. Ia pembicara ulung. Ia menyampaikan materi dengan santai. Diksinya jelas. Cara penyampaiannya tak berbunga-bunga atau berapi-api. Namun, dengan gaya bertutur sederhana ia memukau para audiens.
Ganjar tahu dengan siapa ia menyampaikan materi. Dengan tenang dan menarik, generasi Z dan alfa tahan bergeming menyimak substansi yang dipaparkan. Sesekali para peserta seminar dibuat terbahak-bahak.
Bakal calon presiden yang diusung PDIP ini sangat interaktif. Ia berkontak langsung untuk menanyakan pengalaman mahasiswa. Ia memberikan ruang bagi para mahasiswa dan tamu undangan untuk bertanya. Setajam apa pun pertanyaan, ia meresponsnya dengan santai, elegan, disertai data yang valid. Hal ini menjadi gambaran dari jiwa yang matang dan gaya kepemimpinan yang partisipatif.
“Gaspol”
Bagi Ganjar, pemimpin harus mampu mentransformasi kehidupan masyarakat. Pemimpin tidak bisa tinggal di menara gading. Pemimpin transformasional harus bersentuhan langsung dengan masyarakat atau rakyat yang ia pimpin, supaya ia tahu di mana saja terjadi sumbatan dan masalah.
Pemimpin transformasional harus memiliki integritas yang baik. Ia juga harus berani menindak yang salah dan melakukan terobosan untuk menghadirkan perubahan.
Ganjar mencontohkan pengalamannya memimpin “kampung”. Gubernur dua periode ini tidak sungkan memecat kepala dinas yang terbukti bersalah. Ia juga melakukan e-budgeting dan memanfaatkan teknologi digital untuk membangun tata kelola yang transparan dan akuntabel.
Pemimpin transformasional itu hadir untuk mengejawantahkan keadilan sosial bagi semua sesuai dengan amanat sila kelima Pancasila.
Baca juga → Jangan Takut, Ada Jurus Hadapi Resesi
Ganjar tahu persis, mengupayakan keadilan dan kesejahteraan untuk semua adalah sebuah tantangan sekaligus harapan. Sebab, ada masalah dalam hal regulasi, birokrasi, sampai aktor yang ada di dalam birokrasi dan pemerintahan. Namun, keadilan dan kesejahteraan itu sudah menjadi amanat konstitusi dan harapan kita bernegara.
Karena itu, Ganjar menawarkan gagasan “Gaspol: Gandakan anggaran; Sikat korupsi; Poles birokrasi dengan digitalisasi”.
Indonesia memiliki sumber pendapatan yang besar, baik dari pajak maupun nonpajak. Jadi, menggandakan anggaran untuk mempercepat kesejahteraan dan keadilan adalah keniscayaan. Apalagi, masyarakat kini semakin kreatif dan inovatif.
Hanya korupsi yang harus disikat. Berbagai tindakan penggelapan dan ilegal, seperti tambang ilegal, harus dilibas.
Birokrasi harus bersih dan disimplifikasi dengan digitalisasi, agar mampu merespons kebutuhan dan harapan masyarakat dengan cepat, tepat, transparan, dan akuntabel.
“Gaspol” bertujuan melayani masyarakat, supaya masyarakatnya hidup dengan adil, sejahtera, dan bahagia. Berbagai kebutuhan masyarakat harus dipenuhi, mulai dari lahir sampai mati. Akses kepada sumber-sumber kesejahteraan harus dibuka. Hal ini tentu tidak mudah.
Namun, di situlah terletak tanggung jawab kepemimpinan. Pemimpin harus mengubah tantangan menjadi peluang.
Ah…, gaspol, Pak Ganjar!
(Ditulis oleh: Hariman A. Pattianakotta)
foto atas: dok. Maranatha News
editor: MA