Apa yang muncul di benak kita, saat membicarakan keramik? Pasti kita membayangkan guci porselen, tableware mewah, atau teh poci, pot bunga, hingga ubin kamar mandi. Keramik dalam bayangan kita tentunya adalah benda pecah belah yang mengkilap dan mulus.
Mungkin kita juga membayangkan keramik sebagai benda yang berharga sangat mahal, seperti porselen Tiongkok, hingga barang receh misalnya pot bunga tembikar. Porselen yang berharga miliaran digambarkan sebagai karya seni keramik yang sempurna, mulus tak bercacat. Di sisi lain, ubin keramik di toko bangunan pada umumnya juga supermulus, ada cacat sedikit saja harganya langsung merosot, masuk etalase diskon.
Pandemi sejak 2020 lalu memaksa semua orang untuk berinovasi. Termasuk saya, seakan dipaksa berpikir lebih luas. Muncullah hobi-hobi baru untuk mengisi waktu luang saat “di rumah aja”. Tiba-tiba saya pun mempunyai hobi baru, mulai mengoleksi tanaman, khususnya tanaman eksotis berjenis kaktus. Dari media sosial, saya melihat kolektor-kolektor tanaman memajang foto koleksinya menggunakan pot keramik yang keren. Pot-pot keramik yang mereka pajang terlihat tidak lazim, aneh, tidak biasa, tapi terlihat bagus dan artistik.
Bayangan bahwa pot keramik adalah hal yang kuno pun mulai luntur. Sebelumnya saya berpikir, mungkin generasi seusia saya tidak mungkin tertarik barang-barang keramik, dan pastinya bukanlah target pasar para penjual guci keramik. Guci atau vas bunga keramik biasanya memiliki target pasar yang spesifik, seperti kolektor atau orang tua yang menyukai barang antik sebagai pajangan. Dunia perkeramikan pun sangat jauh dari pikiran saya.
Baca juga → Bangga Batik Indonesia yang Mendunia
Keramik Fantastis
Seirama dengan menularnya hobi tanaman pada generasi milenial, hobi mengoleksi pot keramik pun mulai menyeruak. Tidak lagi sebagai barang yang kuno, di tangan para anak muda yang kreatif, pot keramik disulap jadi barang yang bernilai seni dan tentunya harganya pun tidak main-main.
Di Indonesia sendiri, kini sedang hits rumah dengan gaya minimalis dan industrial. Tentu akan sangat cocok apabila pot unik menjadi pajangan di dalamnya. Seperti halnya rumah dari founder Makna Group, Ernanda Putra. Siapa pun pasti iri melihat sudut rumahnya yang terlihat keren, dihiasi dengan tanaman-tanaman dan pot berharga fantastis.
Kita dapat menjumpai pot-pot artistik dengan warna-warna tanah, seperti hitam, merah logam atau tembaga, dan putih. Bentuk dan corak dari pot yang ditawarkan pun tidak lagi beraturan. Coba lihat pot karya seniman asal Taiwan, Robin Ceramic Studio. Berwarna hitam pekat dan jarang sekali karya potnya menggunakan glasir yang mengkilap (glossy). Detail dan komposisi bentuknya sangat mengagumkan.
Saya tidak habis pikir, kenapa sebuah pot bisa terlihat sedemikian “ganteng”. Apalagi kalau digunakan sebagai rumah dari tanaman eksotis seperti Pachypodium gracilius atau Dioscrea elephantipes. Cakep!
Ada lagi seniman asal Jepang dengan akun Instagram @dororou. Pot tanaman karyanya benar-benar membuat decak kagum. Setiap kali melihat karya terbarunya, saya hanya dapat berpikir bagaimana ia bisa membuat pot dengan detail yang seperti itu? Bagaimana ia bisa terpikirkan membuat pot dengan bentuk yang demikian tidak biasa?
Fix Berubah Pikiran
Pottery yang awalnya saya pikir adalah kegiatan membosankan dan kuno, tapi kini bisa terlihat bagus, keren, artistik, dan tentunya memiliki nilai jual tinggi. Saya pun mulai tertarik untuk mencoba membuat sendiri dan menjualnya.
Awalnya saya cukup ragu, karena ternyata membuat karya keramik tidak semudah yang dibayangkan. Perlu kesabaran yang tinggi, karena nyatanya perlu waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu untuk menjadikan tanah liat menjadi sebuah keramik utuh. Dan tidak mengejutkan tentunya, bentuknya pun jauh dari apa yang awalnya tergambar di pikiran saya.
Jauh dari sempurna, sangat amat jauh!
Namun ternyata benar adanya, bahwa seni adalah suatu hal yang tidak terbatas. Pot yang terlihat tidak sempurna bagi saya, ternyata bisa bernilai seni bagi orang lain. Sejak saat itu, saya semakin mendalaminya. Saya terus menghasilkan karya yang dengan bebas bisa dibuat sesuai dengan idealisme diri sendiri, tanpa ada yang memprotes. Mungkin inilah yang disebut dengan kebebasan berekspresi.
Kini banyak orang yang rela merogoh dalam koceknya untuk mengoleksi sebuah pot keramik, asalkan memiliki bentuk yang unik dan artistik. Generasi muda kreatif bisa memanfaatkan masa-masa seperti ini, ketika masyarakat khususnya di Indonesia mulai melirik karya-karya seni, ketika ketidaksempurnaan ternyata bisa menjadi sebuah nilai lebih.
foto atas: Tanahbumi
Keramiknya keren. Konten yang informatif. Kunjungi https://unair.ac.id/