Tahun Baru Tanpa Republika

Koran Republika dan Tabloid Nova Menghilang, Senja Kala Semakin Kelam

Satu lagi koran nasional menghilang dari peredaran. Tepat mulai 1 Januari 2023 surat kabar harian Republika resmi tak terbit lagi. Hal ini telah diumumkan sejak beberapa waktu lalu oleh Direktur PT Republika Media Mandiri, Arys Hilman (14/12/2022).

Republika menyusul koran nasional lain yang sudah hilang duluan diterpa angin transformasi digital. Tahun sebelumnya (2021) Koran Tempo, Suara Pembaruan, dan Indopos berhenti terbit. Koran yang kini masih eksis pun sepertinya makin hari makin bertambah tipis.

Sebut saja misalnya koran-koran besar seperti Kompas, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Tribun Jabar. Seingat saya dulu tebal-tebal. Rasanya sangat puas membeli dan membacanya. Sekarang beberapa surat kabar harian itu isinya tinggal beberapa halaman saja, bahkan ada yang tidak lagi terbit full seminggu tujuh terbitan.

Baca juga → Menilik Sejarah Batik Terlarang, Tak Hanya di Pernikahan Kaesang

Pelopor Portal Berita Online

“Apalagi masyarakat jaman now, baca berita tidak lihat koran. Mereka dapat berita dari medsos,” demikian salah satu topik gosip kami. Kang Yogi juga sekilas menceritakan pertama kalinya portal berita online hadir di Indonesia, dipelopori oleh Republika.

Republika 31 Des 2022
Koran Republika edisi terakhir terbit 31 Desember 2022. (foto: Iwan Santosa)

Setelah itu, dunia jurnalistik online di Indonesia semakin berkembang. Hadirlah portal-portal berita yang terlahir full digital dengan mengusung konsep dan model baru seperti Detik dan Kumparan.

Koran Republika mulai beredar 4 Januari 1993. Dalam tiga dekade eksistensinya di dunia perkoranan nasional, Republika telah memberikan warna tersendiri pada wajah media jurnalistik Indonesia.

Koran Gaya Hidup Urban

Kini koran Republika sudah bertransformasi penuh menjadi koran maya, beredar di platform digital dengan beragam format kekinian dan bervisi masa depan. Tidak ada lagi lembaran-lembaran kertas dan aroma tinta cetak yang biasa menemani rutinitas mencari informasi.

Apakah koran benar-benar sudah tak zaman?

Ada masanya, koran menjadi bagian gaya hidup masyarakat. Suasana pagi hari di rumah-rumah dan perkantoran biasanya diisi kegiatan membaca koran, biasanya sambil sarapan atau ngopi pagi. Ya, koran juga menjadi salah satu menu pendamping camilan pagi atau sore. Dulu juga ada koran yang terbit sore hari.

Sering terlihat pemandangan orang-orang duduk hanya terlihat kakinya saja, dengan lembaran koran membentang dipegang di tangan menutupi setengah badannya. Pemandangan seperti ini dulu sering tampak di warung-warung dan poskamling pinggir jalan.

Lapak Koran di Jalan Kopo
Beberapa koran harian dijajakan di lapak penjual koran di Jalan Kopo, Bandung, Jawa Barat (30/12/2022). (foto: Iwan Santosa)

Iklan Mak Comblang

Koran juga pernah menjadi mak comblang yang sangat ampuh, mempertemukan penjual dan pembeli melalui halaman iklan. Di beberapa kota besar, biasanya koran hari tertentu dipenuhi iklan baris sampai beberapa halaman. Koran ini laris manis diburu oleh masyarakat yang sedang mencari barang. Paling banyak adalah motor, mobil, sampai rumah.

Para makelar sepeda motor dan mobil bekas dulu sangat mengandalkan iklan baris di koran untuk memburu barang dagangan mereka. Sedangkan pemilik barang yang ingin menjual, memanfaatkan iklan baris agar barang cepat terjual. Golongan ini bahkan khusus membeli koran hanya demi membaca halaman iklan! Hal ajaib bagi generasi jaman now yang malah memasang ad-blocker untuk menghalau iklan.

Ada pula iklan khusus untuk mengumumkan orang meninggal. Halaman khusus berita duka di koran-koran lokal pernah menjadi media utama untuk memberitahukan meninggalnya seseorang kepada masyarakat luas. Tak jarang, halaman berita duka menjadi ajang adu gengsi bagi keluarga yang ditinggalkan. Semakin besar iklan dukacita yang dipasang, biasanya menandakan bahwa keluarga tersebut dari golongan berada, atau orang penting.

Baca juga → Pesona Istimewa Batik Lasem di Evolusia 2022

Koran Dinding Media Sosial

Pada masa jayanya, koran biasa dinikmati beritanya, sengaja dicari iklannya, dilahap informasinya, juga menjadi pemicu pembicaraan dan sosialisasi di komunitas-komunitas masyarakat berbagai kelas.

Ada masanya juga, koran dinikmati berjemaah di ruang-ruang publik. Di beberapa kota dulu pernah marak media informasi berupa koran dinding, koran mading, atau papan koran. Bentuknya berupa papan pengumuman besar yang diletakkan di tempat-tempat umum, biasanya tertempel di dinding atau berdiri dengan tiang penyangga.

Pengguna jalan membaca koran di papan koran Monumen Pers Nasional, Solo, Jawa Tengah (12/9/2018). (foto: Astini Mega Sari, Tribun Solo)

Masyarakat setempat dan siapa pun yang sedang lewat bisa dengan bebas menikmati isi koran tanpa harus mengeluarkan uang untuk membeli korannya. Karena membacanya berjemaah, tempat-tempat koran dinding ini pun menjadi semacam titik atraksi dan titik kumpul komunitas, menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk bersosialisasi. Mirip dengan medsos, kan?

Koran dinding biasanya ramai ketika ada peristiwa besar yang dibahas menjadi headline, atau trending topic⁠—istilah jaman now. Mereka mendapatkan informasi kabar terbaru dari koran dinding itu. Dari situ mereka meng-update wawasan, dan biasanya lanjut bergosip setelahnya. Pemandangan seperti itu sudah jarang bahkan tidak lagi saya temui. Banyak koran dinding yang sudah menghilang sejak beberapa tahun silam.

Sang Legendaris Nova Juga Tutup Usia

Tidak hanya koran Republika saja yang menutup usianya pada akhir tahun 2022. Kompas Gramedia juga mengakhiri perjalanan beberapa media cetaknya. KG Media mengumumkan empat media cetak di bawah payung Grid Network berhenti terbit per Januari 2023.

Titus Kitot, GM Circulation & Distribution KG Media dalam suratnya (1/12/2022) menyebut empat media cetak tak lagi terbit. Tabloid Nova, Majalah Bobo Junior, Majalah Mombi, dan Majalah Mombi SD tidak akan terbit lagi setelah edisi terakhirnya yaitu terbitan Desember 2022.

Nova dan Bobo adalah dua nama legendaris di dunia penerbitan Indonesia. Usia keduanya sudah terbilang mapan. Nova terbit pertama kali pada tahun 1988, dan Bobo lahir pada tahun 1973. Keduanya menyasar segmen pembaca khusus, yaitu kalangan perempuan, dan anak-anak usia SD. Sepertinya tidak ada perempuan atau anak-anak Indonesia yang tidak kenal tabloid Nova atau majalah Bobo.

Sekadar catatan, majalah Bobo masih eksis sampai sekarang—semoga umurnya masih panjang. Yang stop terbit adalah Bobo Junior, “adik” dari majalah Bobo. Bobo Junior mulai terbit pada tahun 1994, menyasar pembaca anak-anak usia TK dan prasekolah.

Sedangkan Mombi mulai terbit pada tahun 2002, dan bisa disebut “keluarga” dari Bobo, karena sejarah kelahirannya masih berkaitan dengan majalah Bocil atau Bobo Kecil. Kemudian, lahir Mombi SD yang terbit perdana pada Oktober 2004. Majalah Bobo dan Mombi sekeluarga adalah majalah yang mengusung misi edukasi untuk anak-anak.

Baca juga → Tulisan Ditolak Media, Pasti Ini Sebabnya

Reinkarnasi Raja Media

Puluhan tahun keberadaan Republika dan Nova di Indonesia, pernah merajai industri media dengan ketenaran mencapai seluruh nusantara. Masa senja media konvensional tampaknya semakin kelam, digantikan hadirnya format-format baru yang lahir karena embusan teknologi.

Beruntung bagi mereka yang bereinkarnasi, menjelma menjadi media masa kini dan masa depan yang bentuknya tak terbayangkan sebelumnya. Namun sungguh disayangkan, banyak juga media yang tinggal kenangan, benar-benar menghilang tertinggal zaman.

Apakah di masa depan masih ada koran? Apakah di masa depan kita masih bisa dan masih perlu menikmati lembaran-lembaran kertas berukuran besar padat tulisan, yang pernah menjadi gaya hidup masyarakat urban?

Apakah di masa depan masih ada majalah yang asli dicetak menggunakan tinta di atas kertas? Apakah pengalaman dan perasaan membolak-balik halaman tabloid atau majalah akan terkalahkan oleh pengalaman swiping dan scrolling layar gawai yang disebut teknologi tinggi?


(Iwan Santosa)

ilustrasi foto atas: “Tahun Baru Tanpa Republika” (© Iwan Santosa, 2022)

gagasan
5 bintang | 5 penilai