Bulan puasa Ramadan sudah mencapai penghujungnya. Besok tibalah Lebaran yang ditunggu-tunggu. Suasana hangat berkumpul dengan sanak saudara, bersilaturahmi melepas rindu, sudah terbayang di kepala. Bahkan, hiruk pikuknya rest area dan kemacetan panjang pun sudah terngiang. Namun sayang, tahun ini tidak bisa dilaksanakan. Suasana mudik yang sudah jadi tradisi, hanya bisa dibayangkan (lagi).
Pemerintah menegaskan larangan mudik berlaku pada 6-17 Mei 2021. Sementara cuti bersama juga disunat menjadi satu hari saja, yaitu tanggal 12 Mei. Benar-benar bukan kabar yang menyenangkan. Tahun lalu saya juga tidak mudik, walaupun larangannya tidak setegas tahun ini. Kerinduan bertemu dan bercengkerama dengan sanak saudara terpaksa ditunda demi meminimalkan risiko.
Sekecil apa pun, jangan sampai terjadi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, apalagi keluarga saya di kampung halaman termasuk golongan rentan. Lebih baik kerinduan yang makin memuncak itu saya tahan-tahan.
Mudik kali ini akan saya jalankan dengan mode virtual.
Duh! Sehari-hari di kantor, semua rapat sudah virtual, semua acara virtual. Sekarang silaturahmi pun harus virtual. Lagi-lagi virtual. Alamak! Lama-lama kita jadi manusia virtual!
Lupakan dulu mudik yang real. Untuk sementara ini patuhi saja larangan itu demi cepat selesainya pandemi ini. Apa kita betah segala sesuatunya virtual terus? Saya sih pilih nirvirtual saja, alias tidak daring―ini adalah istilah yang lahir gara-gara Covid. Beuh… Di kantor saya, meeting tatap muka sekarang disebut meeting luring (maksudnya kebalikan dari daring). Padahal itu meeting biasa saja, alias bukan daring, bukan pakai Zoom atau semacamnya yang online-online. Bedanya hanya jumlah peserta dibatasi dan jarak duduk saling berjauhan. Ada-ada aja.
Gagal mudik, enaknya ngapain?
Selain mudik virtual yang esensinya sebetulnya sama dengan mudik real, yaitu menjaga silaturahmi secara jarak jauh, apa lagi yang bisa bikin libur Lebaran kali ini tetap asyik? Iseng-iseng, saya menemukan artikel berjudul “Mudik Dilarang, Enaknya Ngapain Ya Pas Libur Lebaran?” Pas banget. Artikel itu memberikan beberapa saran berikut ini. Mari kita cek, apakah saran tersebut oke atau tidak.
1. Maraton Film
“Dengan menonton film bersama keluarga, kamu juga bisa mempererat hubungan kamu dengan pasangan dan anak.”
Masuk akal. Kapan lagi bisa nonton film beruntun, apalagi serial. Maybe saya akan lakukan. Mungkin drakor, anime, atau box office, sesuai mood nanti aja.
2. Wisata Lokal
“Meski mudik dilarang, tempat wisata diperbolehkan buka. Akan tetapi, tempat wisata hanya bisa menerima wisatawan lokal dan juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat.”
Ini agak aneh dan kontradiktif. Bukankah paling aman saat ini adalah stay di rumah saja, menghindari kerumunan? Skip, ogah ah.
3. Staycation
“Dengan menginap semalam di hotel, kamu bisa menikmati segala fasilitas yang ada di penginapan. Mulai dari kolam renang, gym, maupun makan di restorannya.”
Terdengar oke, dan cukup aman lah, dibandingkan dengan tempat wisata yang berpotensi menimbulkan kerumunan besar. Ini bisa saya lakukan, setelah mengecek kondisi dompet bulan ini.
4. Memasak Bersama
“Memasak bersama keluarga ternyata banyak manfaatnya, yakni bisa mengajarkan anak tanggung jawab dan meningkatkan imajinasinya.”
Ide bagus. Siap laksanakan! Ketupat, opor, ayam goreng, perkedel jagung, popcorn untuk teman maraton, puding, apa lagi ya? Apa saja boleh lah, yang penting jangan virtual!
(aa)
gambar atas: www.vecteezy.com
Ini juga menarik → Virus yang Memutarbalikkan Peradaban
Serba digital sekali yaa
https://unair.ac.id/