Tiap kali bulan puasa tiba, entah kenapa bawaannya pengen makan kolak. Biasanya di jalanan pun bertebaran para penjual kolak dadakan. Mungkin karena manis, kolak menjadi pilihan takjil yang sangat dinantikan.
Bulan Ramadan lalu, saya juga ingin menikmati kolak. Biasanya sih tinggal jalan ke depan, pasti banyak penjual kolak yang enak-enak. Tapi karena sikon #dirumahaja yang masih kurang kondusif, saya jadi enggan keluar rumah. Iseng-iseng browsing di medsos, ternyata nemu beberapa resep kolak yang sepertinya nikmat banget. Mumpung lagi di rumah terus, saya putuskan untuk bikin kolak sendiri.
Sebelumnya saya sudah pernah bikin kolak, dan sempat coba-coba jualan dadakan juga, jadi cukup pede ngga begitu kuatir gagal. Kali ini saya bikin “Kolak Campur Mutiara”. Resepnya ngga 100 persen ngikut, tapi beberapa dimodif dan mengandalkan feeling juga. Sebelum saya ceritakan apakah berhasil sesuai ekspektasi, atau jangan-jangan gagal total, kita ikuti dulu cara membuatnya berikut ini.
Resep kolak campur
Baca ini juga → Pecai Orak-arik Jamur Kuping, Meriah Bergizi Tinggi
Langkah pertama, siapkan bahan-bahannya
A. Bahan bubur mutiara
- Biji mutiara 1 bungkus
(bukan yang kering, tapi yang siap pakai) - Air 200 ml
- Gula pasir 2 sdm
B. Bahan kolak pisang dan kolang-kaling
- Pisang tanduk 2 buah, diiris miring
- Kolang-kaling 1/4 kg
- Gula merah 150 gr
- Air 400 ml
- Daun pandan 2 lembar
- Vanili 1/2 sdt
C. Bahan saus santan
- Air +/- 50 ml
(bila suka lebih encer, bisa ditambah sesuai selera) - Santan Kara 65 ml
- Garam sejumput saja
Langkah kedua, bikin bubur mutiaranya
- Rebus air + gula pasir
- Masukkan biji mutiara, lalu aduk rata
- Setelah mendidih, angkat dan sisihkan
Langkah ketiga, bikin kolak pisang dan kolang-kaling
- Rebus air + gula merah
🍳 Masak hingga gula merahnya lumer semua, lalu saring - Masukkan daun pandan, vanili, pisang, dan kolang-kaling
🍳 Masak hingga mendidih dan pisangnya matang
(bila dirasa kurang manis, bisa ditambah sedikit gula pasir sesuai selera)
Langkah keempat, membuat saus santan
- Rebus air hingga mendidih
- Masukkan santan Kara dan beri sejumput garam
Langkah terakhir, siap disajikan
- Masukkan bubur mutiara dan kolaknya ke dalam mangkok
- Siram dengan saus santan
- “Kolak Campur Mutiara” siap dihidangkan
Saatnya icip-icip
Eits, tunggu dulu! Sebelum mencicip, difoto dulu. Ini dia penampakan “Kolak Campur Mutiara” kreasi saya.
Kolak ini bisa dimakan hangat-hangat atau dimakan dalam keadaan dingin. Bila ingin dingin, saran saya adalah didinginkan dulu di kulkas. Bisa juga ditambahkan es batu, tapi sebaiknya jangan banyak-banyak agar tidak jadi terlalu encer.
Kali ini saya menikmatinya dalam keadaan hangat, karena sudah ngga sabar. Sruput… Nyamm! Ternyata enak, manis, legit, asem-asem sedikit dari pisangnya, ada gurih dan wanginya juga. Sedap! Ini mah ngga kalah dengan kolak dekat rumah.
Bagi para bunda yang ingin mencoba, silakan loh, gampang kok! Siapa tau, Ramadan tahun depan bisa coba-coba jualan juga.
Fakta unik asal-muasal kolak
Eh, percaya ngga? Katanya kolak pernah digunakan sebagai sarana dakwah Islam di Jawa. Para ulama zaman dulu pernah mengenalkan Islam kepada masyarakat Jawa memanfaatkan kolak, karena lebih mudah dan dianggap efektif. Bahan utama yang dipakai yaitu pisang kepok, konon dihubungkan dengan kata kapok (bahasa Jawa) yang berarti jera. Hal ini untuk mengingatkan manusia agar bertobat. Sementara itu, bahan lain yang umumnya ada dalam kolak adalah santan. Orang Jawa biasa menyebutnya santen. Kata santen ini dikaitkan dengan pangapunten, yang berarti permohonan maaf. Ini berarti, kolak mengingatkan manusia agar senantiasa meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya. Disebutkan dalam buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia yang ditulis oleh Fadly Rahman, kata kolak kemungkinan berasal dari kata khalik, yang artinya Sang Pencipta. Bukan Makanan Timur Tengah? Seorang arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono menyebutkan ada yang berpendapat bahwa kata kolak berasal dari bahasa Arab, yaitu kul laka yang berarti makanlah, untukmu. Ia menilai bahwa etimologi dan tafsir semacam itu merupakan ikhtiar baik untuk menjadikan makanan sebagai media pembelajaran budi pekerti dan penguat keyakinan keagamaan. Namun, bukan berarti asal muasal kolak adalah dari bahasa Arab, atau berasal dari Timur Tengah. Bila ditelusuri lebih jauh, kolak kemungkinan berakar dari jenis minuman yang sudah dikenal pada masa Hindu-Buddha Nusantara, sejak 909 M. Minuman ini tercantum dalam naskah Jawa kuno, dalam kitab Brahmanda Purana, Sumanasantaka, Arjunawijaya, Nagarakretagama, Partayajna, Subhadra Wiwaha, Kidung Harsawijaya, Kidung Malat, dan Wangbang Wideya. Tidak heran, seiring dengan waktu kolak berkembang menjadi makanan favorit masyarakat Indonesia sampai zaman modern saat ini.
resep dan foto sajian: @dapurpagi
sumber gambar icon: vecteezy.com
Lihat koleksi resep lainnya di sini → Koleksi Resep Rumahan
Tnyata gampang bikinnya. Mantap Bun! — (Kolak Campur Mutiara)
Cocok untuk akhir bulan bun 🥬🥬🥬 — (Pecai Orak-arik Jamur Kuping)
Yummy manteppp — (Nasgor Yummy)
Pisang tanduk enak diapain aja. Kolak oke. Pisang aroma juga oke. Karamelnya melt gitu 😍😍😍 — (Pisang Aroma)
Baru pizza-pizzaan aja udah ngabibita... 😋🤤 — (Twisted Bread Pizza)
Baru tau kolak dulunya makanan bangsawan — (Kolak Campur Mutiara)
Tuliskan ulasanmu untuk resep ini: