Nava Sajiva Experience Space 2025 berhasil memukau warga Bandung dengan membawa mereka bernostalgia di 23 Paskal Shopping Center. Para pengunjung merasakan langsung ruang-ruang interior berskala nyata yang didesain khusus oleh empat desainer dan arsitek Indonesia.
Gelaran yang baru pertama kali diadakan di Bandung ini memamerkan experience space karya Revano Satria (RSI Group International), Sora Annisa (SA Studio), Angelina Deviana (Verich Design), dan Tara Claudia (Boon Studio).
Selama lima hari penyelenggaraan (12-16 Februari 2025), pengunjung 23 Paskal dapat merasakan langsung ruang-ruang experience space untuk mendapatkan pengalaman ruang yang unik sesuai konsep yang diusung oleh masing-masing desainer.
Baca juga → Blakblakan VM Belia di Nava Sajiva, Cara Desainer Tetap Laku di Era AI
Retro yang Kekinian
Revano Satria, arsitek dan founder RSI Group International mengatakan bahwa dari sekian banyak pameran yang pernah dihadirinya, Nava Sajiva yang diselenggarakan oleh Universitas Kristen Maranatha adalah acara luar biasa yang membuatnya kagum.
“Saya sudah sering datang ke pameran, tapi ini kan dijalankan oleh sebuah kampus, tentunya tidak mudah,” ujarnya saat opening ceremony (12/2/2025).
Ia meneruskan, “Kalau pertamanya saja sudah seperti ini, saya tidak terbayang yang selanjut-selanjutnya. Selamat dan apresiasi untuk semuanya.”
Revano juga mengungkapkan kekagetannya atas pilihan tema yang diangkat oleh Nava Sajiva di tengah era kekinian, yakni tema “90-an”.

Naruto hingga Doraemon di Natsukashi House
Revano Satria dalam Nava Sajiva Experience Space 2025 menampilkan “Natsukashi House”. Ia menggambarkan ruang rancangannya ini sebagai sebuah portal menuju masa lalu.
Memasuki bagian dalam “Natsukashi House”, pengunjung langsung merasakan suasana Jepang yang sangat kental. Deretan komik Naruto, Dragon Ball hingga Detektif Conan, poster Astro Boy hingga Doraemon, juga action figure anime dan beberapa robot tin toy tertata estetis melatari area tatami.
Revano menghadirkan nostalgia golden era tahun 1990-an dari pengalaman masa kecilnya yang penuh imajinasi anime dan komik-komik Jepang. Barang-barang yang ia tampilkan dalam “Natsukashi House” didominasi barang-barang pribadi yang ia miliki dulu.

Karya interior umumnya berusaha membuat pengunjung kagum terhadap detail, material, dan sebagainya. Namun, kali ini Revano ingin menampilkan hal berbeda. “Saya ingin seautentik mungkin. Jangan interior yang terlalu overwhelm, tapi interior yang simpel dan menyentuh hati,” paparnya.
“Natsukashi House” rancangan Revano Satria diwujudkan bersama tim yang melibatkan mahasiswa desain interior Universitas Kristen Maranatha, yakni Michael Gani dan Nazlin Nurul.

Cap Batik dari Eyang
Era keemasan 1990-an juga menjadi inspirasi bagi Sora Annisa, desainer interior dan founder SA Studio. Konsep retro yang diusung Nava Sajiva 2025 diwujudkan oleh Sora Annisa menjadi experience space bertema “Mulih Omah Eyang”.
Sora mewujudkan nostalgia 90-an melalui rancangan yang sentimental, mengenang masa kecilnya. “Seperti kembali ke masa itu, pulang kampung mulih ke omah eyang mencari kasih sayang, ketenangan, kehangatan dan keceriaan,” ungkapnya.
Experience space karya Sora Annisa menghadirkan potongan-potongan warisan budaya Indonesia. Mulai dari motif kain tradisional Nusantara yang penuh warna serta kental dengan corak flora dan fauna, hingga ornamen penghias ruangan berupa cap batik beragam motif.

“Saya adalah cucu pembatik. Cap-cap batik ini dari tahun 1950-an, saya pinjam dari nenek saya,” papar Sora saat menjelaskan konsep karyanya kepada para pengunjung.
Sora Annisa merancang karya “Mulih Omah Eyang” bersama dengan dua mahasiswa desain interior Universitas Kristen Maranatha, yaitu Alfiero Mikasrio dan Marleen Apriliani.
Kehangatan Keluarga 90-an
Tak kalah menariknya, Angelina Deviana, desainer belia founder VERICH Design mengusung konsep berbeda di Nava Sajiva 2025. Experience space rancangannya mengangkat bagian inti dari sebuah rumah, yaitu ruang keluarga.
Desainer yang akrab dipanggil Nana ini mengusung tema “Echoes of Home: A 90s Revival”. Karya rancangannya berkisah tentang kualitas waktu yang terjalin antarmanusia, mengajak kita kembali pada kehangatan dan nostalgia ke momen-momen berharga bersama keluarga.

“Refleksi dari masa ketika teknologi mulai hadir dalam kehidupan, tetapi belum menguasai ruang personal seperti saat ini. Masa ketika percakapan langsung dan tatapan mata menjadi jembatan utama untuk terhubung, saat kebersamaan lebih dihargai tanpa bayang-bayang dunia digital,” jelasnya.
Dalam ruang interior karya Nana, terdapat ornamen-ornamen khas berupa kaca nako, kelambu, cermin berpatina, dan sofa berbentuk melengkung.
Di area teras, Nana menempatkan wind chime dan kursi santai yang bentuknya menyerupai kursi tali karet yang pernah populer pada era 90-an. Semuanya itu mengingatkan Nana akan kehangatan ruang keluarga yang pernah ia rasakan semasa kecil.
Angelina adalah lulusan desain interior Universitas Kristen Maranatha. Dalam proyek Nava Sajiva 2025 ini, ia didampingi oleh dua orang mahasiswa aktif dari jurusan yang sama, yakni Devran Vito dan Jocelyn Angelia.

Inspirasi Slinky
Di antara keempat experience space yang dihadirkan pada Nava Sajiva 2025, yang paling playful tak lain adalah karya desainer Elizabeth Tara Claudia. Founder & lead designer Boon Studio ini menampilkan ruang yang penuh lengkungan.
Rancangan ruang yang fluid dan dinamis karya Tara terinspirasi dari Slinky. “Ini adalah mainan saya di tahun 90-an”, kata Tara.
Slinky adalah mainan ikonis berwujud seperti pegas spiral. Bentuk dan sifat mainan Slinky yang fleksibel diadaptasi ke dalam rancangan yang organik dan dinamis, tetapi tetap mempertahankan keseimbangan dengan integritas struktural.

“Desain ini mencerminkan kemampuan Slinky untuk meregang dan melentur tetapi tetap terhubung sebagai satu kesatuan,” papar lulusan desain interior Maranatha ini.
Tara Claudia dalam pengerjaan karya Nava Sajiva 2025 dibantu oleh Cindy Nathalia dan Kayla Natalie Winoto. Keduanya masih berkuliah di Program Sarjana Desain Interior Universitas Kristen Maranatha.
Baca juga → Kursi Panton Ikonis Diperebutkan di Nava Sajiva, Pertama di Bandung!
Produk dan Material Inovatif
Konsep retro yang menjadi benang merah Nava Sajiva Experience Space 2025 berhasil memukau pengunjung melalui nuansa 1990-an yang langsung terasa pada masing-masing ruang.
Retro tidak berarti kuno. Hal ini dibuktikan pada setiap ruangan yang dihadirkan pada Nava Sajiva 2025. Nuansa 1990-an berhasil tampil di tengah era kekinian tanpa terasa kuno. Para perancang mewujudkannya melalui pemilihan material dan penggunaan ornamen interior serta furnitur mutakhir sesuai konsep rancangan.
Keempat desainer experience space memanfaatkan produk-produk interior dan furnitur pilihan antara lain dari MOIEHAUS, Coulisse, FLOORSTUDIO, juga produk-produk material inovatif dari Leder Haus, Roman dan TACO.
Penciptaan suasana retro dan kehangatan yang dihadirkan pada ruang-ruang rancangan keempat desainer juga berhasil diwujudkan dengan pemanfaatan teknologi modern. Salah satunya adalah penerapan sistem elektronik dan lighting dari Smart Home Technology (HOMETECH).

Gebrakan Universitas Kristen Maranatha melalui penyelenggaraan Nava Sajiva Experience Space 2025 tidak saja berhasil memukau masyarakat Bandung, tetapi juga diharapkan dapat menjadi tonggak untuk mendorong kolaborasi yang lebih kuat antara pihak akademisi, praktisi, profesional, industri, dan brand nasional bahkan internasional.
“Kami ingin berkolaborasi dan bersinergi, serta menjadi motor penggerak industri kreatif di Bandung dan Indonesia,” ungkap Rektor Universitas Kristen Maranatha, Ir. Sri Widiyantoro, M.Sc., Ph.D., IPU pada opening ceremony (12/2/2025) di 23 Paskal Shopping Center, Bandung.
(aa)
foto atas: Salah satu sudut ruang “Mulih Omah Eyang” rancangan Sora Annisa
editor: MA
Thanks for information https://telkomuniversity.ac.id