Saya bukan aktor, dan saya tidak memiliki pengalaman menjadi aktor. Saya adalah mahasiswa Sastra Inggris angkatan 2020 yang mengambil konsentrasi literatur atau biasa dikenal sebagai sastra. Bekal saya hanya kepercayaan diri dalam menghadapi berbagai kejadian dalam kehidupan.
Dunia kuliah di kampus saya sangat menghargai kebebasan berekspresi. Saya tidak perlu takut untuk mulai menunjukkan sisi kepribadian saya yang selama ini terpendam. Sejak bangku sekolah, saya selalu dilabeli dengan predikat lebay ketika berusaha menunjukkan potensi yang sebenarnya berguna, tetapi masih belum mendapat sarana yang tepat.
Singkat cerita, saya berhasil memainkan peran sebagai Wilfred Wells, seorang tokoh penting dalam drama komikal berlatar misteri. Drama berjudul “Buyer Beware, Darling?” disutradarai oleh Anton Sutandio, dipentaskan live di Ruang Teater Kampus Maranatha, 9 dan 10 Desember 2022. Pengalaman inilah yang ingin saya bagikan, sekaligus sebagai refleksi.
Baca juga → Pesona Istimewa Batik Lasem di Evolusia 2022
Teori Drama
Sebuah hasil tercipta dari proses yang menghasilkan progres demi progres. Itulah yang saya alami sebagai mahasiswa Sastra Inggris yang harus mempelajari bagaimana sebuah pertunjukan drama terbentuk dari sebuah skrip.
Berawal pada bulan September 2022, Pak Anton Sutandio dosen mata kuliah Theater Production mulai menjelaskan materi yang akan diterapkan pada pertemuan kami berikutnya. Materi tersebut berupa susunan tim dalam sebuah pementasan drama, hingga hal-hal yang lebih mendalam seperti sejarah drama dan fungsinya dalam masyarakat yang ternyata bukan sekadar hiburan.
Sebuah drama mengandung pesan baik berupa kebudayaan maupun aspek lainnya dalam kehidupan.
Pertemuan demi pertemuan dalam mata kuliah Theatre Production setelah menerima teori tentang drama itu pun menjadi lebih berbeda. Setiap mahasiswa di kelas tersebut mendapatkan kesempatan untuk membaca skrip dan memperagakan scene sesuai dengan arahan dari Pak Anton.
Tibalah hari ketika Pak Anton mulai memusatkan perhatian untuk audisi pada tanggal 16 September 2022. Sebuah link Google Form dibagikan dan setiap mahasiswa mulai memilih peran yang mereka inginkan.
Saya memilih karakter Harry atau Tom, karena menurut saya mereka adalah orang yang mewakili diri saya sebagai seorang anak muda masa sekarang. Mereka ingin memberikan yang terbaik, tetapi sesuai dengan kondisi keuangan di masa pacaran.
Namun, Pak Anton meminta saya untuk memperagakan adegan Winifred Wells. Saya merasa aneh, karena Winifred Wells adalah karakter wanita. Ia merupakan seorang wanita pebisnis dari perusahaan John Welington Wells (JW Wells and Co.) yang berpusat di negara Inggris.
Saya mencoba memperagakannya sesuai dengan skrip, dan memakai aksen British semaksimal mungkin. Saingan saya waktu itu cukup berat, yaitu teman seangkatan saya yang bernama Ariel. Saya mengakui kelebihan yang dimiliki Ariel, yaitu aksen British yang natural. Saya hanya bisa berserah seandainya saya tidak terpilih sebagai aktor.
Perebutan Peran Aktor
Hari pengumuman audisi telah tiba. Saat itu saya sangat siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Namun, saya benar-benar berharap menjadi aktor, karena jauh di dalam diri saya, ada sebuah dorongan untuk menyalurkan sisi kepribadian saya yang selama ini terkubur akibat label lebay dari teman-teman di bangku sekolah.
23 September 2022, semuanya sudah berada di dalam ruangan Lantai 4 Gedung C Fakultas Bahasa dan Budaya. Cuaca mendung meliputi Kota Bandung, tetapi udara tetap terasa panas. Apakah karena atmosfer kompetitif dari setiap mahasiswa yang ingin menjadi aktor, atau mendukung beberapa orang untuk menjadi aktor?
Pertanyaan itu terjawab ketika Pak Anton telah tiba dan mulai bertanya, “Siapa di sini yang merasa deg-degan dengan hasil audisi?”
Semuanya menjawab iya, terkecuali saya yang waktu itu sangat siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Saya mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, saya akan siap berkontribusi yang terbaik dan profesional walaupun saya mungkin bukan menjadi aktor.
Suasana kembali hening.
Pak Anton mulai mengumumkan siapa yang akan menjadi Erin. Beberapa orang menyebut nama-nama seperti Janice Arianne, Grisella, Larasati Emiri, dan seterusnya. Pak Anton akhirnya menyebutkan bahwa yang terpilih adalah Janice Arianne.
Selanjutnya Pak Anton mengumumkan siapa yang akan menjadi Sage. Kembali beberapa orang menyebutkan beberapa nama dan akhirnya yang terpilih adalah Bella Ribka.
Sekarang waktunya untuk menyebutkan tokoh pria dalam skrip tersebut. Seketika saya pun merasa deg-degan karena saya merasa takut jika dipilih menjadi aktor, tetapi saya tidak bisa memerankannya dengan baik. Namun di sisi lain, saya sendiri ingin menunjukkan sisi kepribadian saya yang selama ini terpendam.
Akhirnya Pak Anton mulai dari siapa yang akan memerankan karakter Tom. Beberapa orang menyebut nama yang memang secara akademik nilainya bagus, dan secara karakter lebih unggul di mata mereka. Nama-nama yang disebut termasuk Ferrel, Didan, Ariel, Fatih, Ferris, dan Franklin. Namun, yang terpilih adalah Ferrel. Perasaan saya yang tadinya deg-degan mulai kembali datar karena saya tidak terpilih sebagai Tom.
Selanjutnya Pak Anton mengumumkan siapa yang akan menjadi Harry. Beberapa orang kembali menyebutkan nama Ariel, Ferris, Franklin, dan Didan. Saya pun merasa semakin pesimis dengan kemungkinan menjadi aktor. Akhirnya nama Ariel yang terpilih, dan semua bertepuk tangan.
Baca juga → Kampus Ini Punya Batik Kebanggaan Motif Patrakomala Ikon Kota Kembang
Tokoh Tak Terduga
Sekarang hanya tersisa dua karakter wanita yaitu Margaret Murgatroyd sebagai hantu, dan Winifred Wells wanita pebisnis. Saya pun merasa pasrah.
Pak Anton mulai mengumumkan siapa yang akan menjadi Margaret Murgatroyd. Sejumlah nama kembali mencuat dari beberapa orang seperti Larasati Emiri, Gressa Hatasya, Candra Raissa Audyta, dan Grisella. Ternyata yang terpilih adalah Grisella. Semuanya bertepuk tangan.
Kemudian Pak Anton mengatakan bahwa ada sebuah perubahan. Semua kembali terdiam. Pak Anton menjelaskan bahwa karakter Winifred akan diubah menjadi pria, sehingga namanya menjadi Wilfred.
Seketika semua orang saling menatap untuk menebak siapa yang akan memerankan Wilfred. Nama-nama kembali bermunculan dari beberapa orang. Namun tidak ada yang menyebut-nyebut nama saya.
Ternyata Pak Anton memilih saya menjadi Wilfred.
Suasana kelas seperti tidak percaya kalau saya terpilih menjadi aktor. Saya meresponinya dengan tenang, karena saya percaya bahwa saya tidak boleh puas dengan hasil pengumuman sebelum semuanya berjalan dengan baik. Selanjutnya nama-nama tersebut mulai latihan scene yang akan menjadi tanggung jawab karakter masing-masing. Sementara mahasiswa lainnya yang tidak menjadi aktor menjalankan tugasnya sebagai anggota dari divisi pendukung drama ini.
Ultimatum Sebab Begadang
Sejumlah latihan dilaksanakan dari bulan September hingga 21 November, ketika semua aktor harus memerankan scene tanpa melihat skrip sama sekali. Hari itu performa saya sangat jelek, karena saya tidak bisa mengingat sama sekali setiap percakapan saya dalam skrip tersebut. Saya masih bergantung membaca skrip.
Pak Anton memberikan saya peringatan dalam percakapan pribadi melalui WA. “Bil, progres memorizing dialog kamu sejauh ini sptnya masih belum secepat yg lain meskipun kamu muncul hanya di dua scene, which is quite disappointing. I know that you can easily do it, so I ask you to please focus and memorizing the lines because at this point the drama is way from ready. So the ultimatum is for you to memorize the lines by next week, I’m sure you can do it.”
Membaca pesan tersebut perasaan tertekan mulai menghampiri hidup saya, dan saya menyadari kondisi itu. Hanya saja saya tidak bisa melakukan pembelaan atau mencari alasan, karena saya sudah dipilih menjadi aktor dan saya harus menjalankannya persis seperti yang diharapkan oleh semuanya.
Saya pun mencari orang yang bersedia membantu saya. Namanya adalah Aryaguna Soedja. Dia merupakan senior saya. Beberapa orang menganggapnya sebagai orang yang negatif, tapi saya melihat semua orang secara netral. Apalagi saya menyadari semua orang bekerja keras untuk kesuksesan drama ini. Mulai dari divisi panggung dan property yang melakukan pengecatan dinding triplek, hingga pengadaan barang lainnya seperti mengangkat sofa dan banyak barang berat hingga ringan, dari gedung FBB ke Ruang Teater di lantai delapan Gedung Administarsi Pusat.
Saya harus bersikap profesional dan mengikuti semua arahan yang ada sambil berharap latihan dengan Kak Arya meningkatkan progres saya dalam mengingat percakapan Wilfred Wells. Namun progres itu belum cukup, sehingga Pak Anton mulai turun tangan untuk melatih saya. Jika masih belum bisa, maka peran saya akan digantikan oleh orang lain atau beliau sendiri yang akan turun menggantikan saya.
Saya mulai begadang untuk menghafalkan skrip. Akhirnya saya kirimkan rekaman scene Wilfred Wells kepada Pak Anton pada tanggal 30 November 2022. Saya bersyukur karena respon Pak Anton yang mengatakan, “Ok sudah saya lihat, scr hafalan, sudah sktr 95% hafal kalau saya perhatikan, tapi ada bbrp dialog yang sedikit lambat direspon. Nanti di panggung suasana akan berbeda, jadi let’s see if you can do as good as the others. So for now, I suggest that you drink, eat, sleep and breathe the script. Make it your priority this week and the following one.”
Kekuatan Mengatasi Tekanan
Menjelang hari pementasan yang semakin dekat, yaitu 9-10 Desember 2022, tekanan semakin meningkat. Saya latihan dengan Kak Arya untuk lebih mendalami setiap scene Wilfred Wells. Namun saya masih pusing dengan segala gerakan yang mesti saya lakukan di panggung. Ada juga masalah teknis lainnya seperti microphone saya yang sering mati saat saya gunakan, sehingga konsentrasi saya buyar.
Saya bertemu dengan teman gereja saya, Kak Yosua, untuk meluapkan semua rasa stres itu. Dia bilang “Pak Anton dan saya sendiri tidak bisa membantumu karena sekarang semuanya memang bergantung pada dirimu sendiri.”
Seketika saya kembali tertantang untuk menunjukkan bahwa saya layak menjadi aktor walaupun saya tidak sempurna dan tidak dipandang oleh orang lain. Sebab saya ingin membahagiakan ayah saya, terutama dalam scene 12 sekaligus scene terakhir kemunculan Wilfred Wells yang mengatakan “I am sorry, I am so late. I had some difficulty contacting my father.”
Bagian itu membuat saya menangis saat berada di belakang panggung menunggu kemunculan saya di scene 11, hari pertama pementasan drama. Saya benar-benar berharap ayah saya ada di sana dan melihatnya.
Hari pertama berjalan dengan baik, walau sol sepatu saya tiba-tiba lepas. Hari kedua adalah hari terakhir pementasan, dan saya ingin menunjukkan kualitas yang lebih baik. Akhirnya drama tersebut berjalan sempurna dibandingkan hari pertama.
Saya sangat senang karena ternyata progres demi progres yang dijalani sangat penting walau menimbulkan stres. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman divisi kosmetik yang telah memberikan totalitas dalam membuat saya sangat terlihat seperti bapak-bapak pengusaha dari negara Inggris-Amerika.
Apakah saya akan kembali berakting di panggung nanti? Saya berdoa dan berharap, biarkan waktu yang menjawab pertanyaan ini.
(Billy Junior)
foto atas: dok. Theatre Production Class 2022
editor: MA
artikel yg bermanfaat sukses selalu admin, cek juga info dari kami di http://www.upnjatim.ac.id Terima kasih