Gedung baru yang tampak modern berdiri megah di kawasan Rumah Sakit Immanuel, Bandung. Tulisan berukuran besar “Gedung Dr. Johannes Leimena” tegas menempel di bagian atas fasadnya. Berdekatan di sebelahnya, terlihat juga tulisan “Rumah Sakit Immanuel” dengan bentuk huruf yang klasik menandai bangunan lama, menghadap Jalan Raya Kopo.
Sungguh kontras kedua bangunan membanggakan itu. Usia keduanya terpaut sekitar satu abad. Gedung Dr. Johannes Leimena mulai dibangun pada tahun 2021, dan diresmikan pada 2 Juni 2022. Sedangkan gedung lama, memulai sejarahnya pada tahun 1922, ketika RS Immanuel pindah dari lokasi sebelumnya.
Sejarah Rumah Sakit Immanuel memang sudah terukir panjang, termasuk salah satu rumah sakit tertua yang ada di Indonesia. Perjalanannya melayani masyarakat sudah dimulai sejak 1900-an.
Saat itu, ada seorang pendeta yang mengubah tempat kereta kudanya di Jalan Pasirkaliki menjadi tempat untuk mengobati orang-orang sakit. Balai pengobatan yang dibuat oleh Pendeta Alkema itu akhirnya tidak sanggup lagi menampung banyaknya orang sakit yang membutuhkan pertolongan.
Kemudian, dibangunlah rumah sakit di Jalan Kebonjati, diprakarsai oleh Pendeta Yohanes Iken, penerus Pendeta Alkema. Rumah sakit itu diresmikan pada tahun 1910, bernama Zendingshospitaal Immanuel. Perkembangan Zendingshospitaal Immanuel di Jalan Kebonjati mencapai puncaknya pada tahun 1922, dan selanjutnya dipindahkan ke daerah Situsaeur. Sampai saat ini RS Immanuel terus berkembang menjadi rumah sakit andalan warga Bandung, Jawa Barat, bahkan Indonesia.
Dinaungi oleh Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan, RS Immanuel tidak hanya berkiprah dalam pengobatan masyarakat saja. RS Immanuel juga berkontribusi besar dalam kemajuan pendidikan kedokteran di Indonesia. Di rumah sakit inilah para mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Maranatha menjalani pendidikan kepaniteraan, sejak Universitas Kristen Maranatha didirikan.
RS Immanuel resmi menjadi rumah sakit pendidikan utama FK Universitas Kristen Maranatha pada tahun 1969. Dua dokter pertama lulusan Maranatha, dilantik di rumah sakit ini pada tahun 1977. Hingga tahun 2022, ribuan dokter yang pernah belajar di FK Maranatha dan RS Immanuel telah mengabdikan diri melayani masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.
Baca juga → 7 Fakta Plasma Konvalesen Covid-19 yang Kontroversial
Kolaborasi Pendidikan dan Kesehatan
Kembali melihat sejarah, berdirinya Universitas Kristen Maranatha juga tak kalah menariknya dari kisah pendirian RS Immanuel. Keduanya bermula dari perjuangan dan upaya yang luar biasa.
Bila sejarah RS Immanuel bermula dari keinginan seorang pendeta untuk mengobati orang-orang sakit, sejarah Universitas Kristen Maranatha bermula dari segelintir anak-anak muda yang bertekad kuat untuk menjadi dokter. Keduanya berujung sama, yaitu menghadirkan kesehatan di tengah-tengah masyarakat.
Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha lahir pada 14 Juni 1965, didirikan sebagai wadah penaung untuk meneruskan perjuangan 130 mahasiswa kedokteran yang semula terancam masa depan pendidikannya. Pada 11 September 1965 Universitas Kristen Maranatha resmi berdiri.
Upacara peresmiannya dihadiri oleh perwakilan dari Gereja Kristen Pasundan (GKP), Gereja Kristen Indonesia (GKI), Universitas Padjadjaran (Unpad), RS Rancabadak (sekarang RSHS), Gubernur Jawa Barat, dan tokoh-tokoh cendekiawan Kristen.
Setelah Universitas Kristen Maranatha resmi berdiri, perjuangan 130 mahasiswa pertamanya belum usai, justru sedang dimulai. Saat itu Maranatha tidak memiliki gedung kampus. Perkuliahannya dilangsungkan di beberapa tempat pinjaman, antara lain di SMAK Dago; SMPK Bahureksa; SMFK Jalan Pasirkaliki; Lembaga Parasitologi; juga lab-lab di ITB serta FK Unpad.
Saat upacara pendirian Universitas Kristen Maranatha, dr. Hasan Sadikin yang saat itu menjabat Dekan FK Unpad menegaskan akan membantu FK Maranatha sampai dapat berdiri sendiri.
Maranatha pertama kali mempunyai gedung sendiri pada tahun 1968, yaitu Gedung Anatomi FK. Bangunan berlantai dua itu berdiri di lahan RS Immanuel, Jalan Kopo. Pembangunannya dimulai pada tahun 1967, selesai dan diresmikan pada bulan Desember 1968 oleh Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Jawa Barat, Prof. R. S. Soeriaatmadja.
Melintas setengah abad berikutnya, gedung Dr. Johannes Leimena berdiri. Gedung berfitur canggih ini memfasilitasi pendidikan kedokteran lebih jauh lagi. Mengutip Rektor Maranatha, Prof. Ir. Sri Widiyantoro, M.Sc., Ph.D., IPU, hadirnya blok pendidikan FK Maranatha di RS Immanuel juga akan mengakselerasi penelitian-penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan.
Gedung Dr. Johannes Leimena adalah perwujudan kolaborasi erat UK Maranatha dan RS Immanuel, untuk memajukan pendidikan kedokteran dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas.
(@m.news)
artikel ini terbit di Majalah M! Vol. 5 No. 3, berjudul “Erat Karsa Maranatha-Immanuel Majukan Pendidikan dan Kesehatan”
foto atas: Maranatha News
Johannes Leimena banyak berjasa dalam dunia kedokteran dan kemajuan kesehatan Indonesia. Beliau adalah penggagas Puskesmas, konsepnya diadaptasi dari model pelayanan kesehatan yang sebelumnya telah diterapkan di RS Immanuel, ketika beliau bekerja di sana.