Salah satu rumus dasar yang sudah sangat dikenal dalam penulisan berita adalah 5W + 1H. Rumus ini terdiri dari enam unsur pertanyaan yang terdiri dari What ‘apa’, Who ‘siapa’, Where ‘di mana’, When ‘kapan’, Why ‘mengapa’, dan How ‘bagaimana’. Keenam unsur ini dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan akronim asdikamba atau adiksimba.
Ternyata, 5W + 1H atau adiksimba tidak hanya berguna dalam penulisan berita saja. Rumus ini juga berlaku dalam proses penulisan artikel populer.
Baca juga → Panduan Pemula: Mudah Menulis Berita ala Wartawan Siber
Daftar Isi
- Mengenal Artikel Populer
- Cara Menulis Artikel Populer
- Adiksimba untuk Menggali Angle
- Mengevaluasi Ide Layak Tulis
- Tujuh Faktor Kelayakan Tulisan
- Observasi dan Wawancara
- Tips Menulis Paragraf
- Tips Penjudulan
Mengenal Artikel Populer
Artikel populer adalah jenis tulisan yang termasuk dalam kategori nonfiksi. Artikel populer juga berbeda jenis dengan artikel ilmiah. Artikel populer adalah tulisan yang mudah dipahami, biasanya ditulis dengan tujuan mengungkapkan ide, atau memberi kritik atas suatu fenomena atau isu yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat.
Artikel populer sifatnya lebih leluasa bila dibandingkan dengan artikel ilmiah yang cenderung kaku dan sulit dipahami oleh masyarakat umum. Cara menulis artikel populer juga lebih bebas, tidak seperti artikel ilmiah yang banyak menggunakan istilah teknis sesuai bidang ilmu yang menjadi topik bahasan.
Meskipun lebih bebas dan leluasa, penulisan artikel populer tetap perlu mengikuti kriteria tertentu. Ada sistematika penulisan yang dapat diikuti untuk memudahkan kita menulis artikel populer. Langkah-langkah penulisan artikel berikut ini disampaikan oleh Dedeh Supantini, seorang penulis esai1, puisi, dan cerpenis. Karya-karyanya telah banyak diterbitkan dalam buku-buku antologi dan media-media publikasi.
Cara Menulis Artikel Populer
Dedeh Supantini dalam materi pelatihan menulis kreatif2 “Kiat-Kiat Menulis Artikel Populer” menyebutkan tujuh langkah penulisan mulai dari mencari ide hingga tahap publikasi. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut.
- Menentukan Ide dan Angle
- Mengumpulkan Bahan
- Menyusun Kerangka
- Menulis dan Membangun Paragraf
- Melakukan Revisi
- Menyunting Naskah
- Memublikasikan Tulisan
Baca juga → Tulisan Ditolak Media, Pasti Ini Sebabnya
1. Menentukan Ide dan Angle
Langkah pertama menulis artikel adalah menemukan ide. Sumbernya bisa dari mana saja, dari kejadian di sekitar kita, dari hal-hal yang kita lihat, kita dengar, atau kita alami. Ide yang umum perlu digali dari sudut pandang atau angle tertentu.
Artikel populer biasanya membahas satu angle saja agar tulisan bisa terfokus. Bila kita memiliki beberapa angle, maka bisa dituliskan menjadi beberapa artikel.
Adiksimba untuk Menggali Angle
Sudut pandang atau angle dapat digali menggunakan rumus 5W + 1H atau adiksimba. Rumuskan angle dalam satu kalimat tanya untuk masing-masing unsur adiksimba, kemudian pilihlah mana yang paling penting dan paling menarik untuk dikembangkan menjadi topik artikel.
Sebagai contoh, Dedeh Supantini membahas tulisan dengan ide tentang HIV-AIDS3. Unsur-unsur 5W + 1H digunakan untuk menggali angle, dengan meggunakan bantuan kalimat-kalimat tanya berikut ini.
Angle 1: Bagaimana kondisi terkini kasus HIV-AIDS di Indonesia?
Angle 2: Bagaimana cara penularan HIV-AIDS?
Angle 3: Apa saja tanda-tanda seseorang terkena HIV-AIDS?
Angle 4: Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengobatan HIV-AIDS?
Angle 5: Agar kasus HIV-AIDS dapat dikontrol, bagaimana sikap kita seharusnya terhadap penyandang HIV-AIDS?
Mengevaluasi Ide Layak Tulis
Sebelum berlanjut ke langkah berikutnya, kita mundur dulu satu langkah, untuk menanyakan dua hal berikut ini. Dari mana ide HIV-AIDS tersebut berasal? Apakah ide tersebut bisa dikembangkan menjadi artikel populer yang layak terbit?
Dalam contoh di atas, ide awalnya muncul karena hari AIDS sedunia. Tulisan itu nantinya akan dikirimkan kepada sebuah media publikasi majalah yang tanggal terbitnya berdekatan dengan hari AIDS sedunia. Pemikiran ini penting dan menjadi salah satu pertimbangan apakah ide itu tadi layak untuk dituliskan menjadi sebuah artikel.
Ide perlu dievaluasi, apakah ide tersebut layak tulis. Ide yang baik adalah ide yang dapat diwujudkan menjadi sebuah tulisan yang layak baca dan layak terbit.
Tujuh Faktor Kelayakan Tulisan
Ada tujuh faktor yang dapat menjadi landasan untuk mengevaluasi ide. Ketujuh faktor itu adalah magnitude, human interest, exclusive, proximity, unusual, actual, dan relevance.
Ketujuh faktor ini tidak dilihat dari kacamata penulis, tetapi dari kacamata pembaca. Mengapa? Jelas, karena tulisan kita akan dibaca oleh para pembaca, bukan oleh si penulisnya sendiri.
Setelah melakukan evaluasi dengan memperhatikan faktor-faktor kelayakan itu, maka angle yang dipilih dalam contoh sebelumnya adalah angle kelima, yaitu “Agar kasus HIV-AIDS dapat dikontrol, bagaimana sikap kita seharusnya terhadap penyandang HIV-AIDS?” Pertimbangannya, angle ini yang paling memenuhi faktor kelayakan tulisan.
Setidaknya ada empat faktor yang dipenuhi, yaitu magnitude: besaran masalah HIV-AIDS bermakna bagi masyarakat luas; human interest: topik tentang penyandang HIV-AIDS adalah menyangkut kemanusiaan; relevance: sangat relevan bila dikaitkan dengan hari AIDS sedunia yang diperingati pada tanggal 1 Desember; dan actual: kasus HIV-AIDS sampai saat ini masih aktual.
2. Mengumpulkan Bahan
Artikel populer bertujuan memberikan informasi, hiburan, motivasi, inspirasi, atau edukasi kepada masyarakat. Artikel jenis ini bukanlah berdasarkan imajinasi penulis, melainkan faktual berdasarkan kenyataan. Oleh karena itu, penulis perlu memperkuat fakta dengan cara mengumpulkan bahan sebagai bekal yang komprehensif.
Pengumpulan bahan dapat dilakukan dari riset pustaka dan dari lapangan. Riset pustaka dapat dicari dari sumber-sumber pustaka yang valid. Misalnya dari buku, jurnal, berita, artikel dari majalah, surat kabar, dan sumber-sumber online yang kredibel.
Observasi dan Wawancara
Riset lapangan dapat dilakukan dengan turun langsung ke lapangan mengunjungi tempat-tempat yang relevan dengan ide tulisan. Lakukan observasi dengan cara mengamati peristiwa atau persoalan dengan menggunakan seluruh pancaindra kita.
Sering kali, riset lapangan juga melibatkan wawancara dengan para narasumber. Dari wawancara, kita bisa mendapatkan bahan yang lebih komprehensif. Carilah narasumber yang kompeten baik dalam hal latar belakangnya, kompetensi kepakarannya, ketokohan, juga pengalamannya.
Saat melakukan wawancara, siapkanlah daftar pertanyaan yang relevan dengan ide dan angle yang sedang dibahas. Jangan ragu bertanya tentang hal-hal teknis juga.
Dalam contoh ide tulisan mengenai HIV-AIDS, riset pustaka dicari dari jurnal kedokteran dan kesehatan masyarakat, Germas Kemenkes RI, atau WHO. Wawancaranya dilakukan terhadap aktivis HIV-AIDS sebagai narasumber.
3. Menyusun Kerangka
Setelah mengumpulkan bahan yang cukup, langkah selanjutnya adalah menyusun kerangka tulisan atau outline.
Caranya adalah:
- Buat rumusan topik
- Tentukan poin-poin dari topik utama yang akan dituliskan
- Susun poin-poin utama dalam urutan yang logis
- Buat sub-poin jika diperlukan
- Lakukan reviu kerangka tulisan, apakah sudah logis
Kerangka tulisan atau outline adalah pemandu arah tulisan. Fungsinya untuk membantu kita mengembangkan tulisan. Kerangka ini tidak perlu ditampilkan dalam tulisan akhirnya.
Berikut ini adalah outline dari contoh artikel bertopik HIV-AIDS:
1) Seberapa besar permasalahan HIV-AIDS di Indonesia
2) Apakah HIV dan apakah AIDS
3) Gejala HIV-AIDS: a) patogenesis HIV-AIDS, dan b) gejala klinik
4) Cara penularan
5) Problematika pengobatan kasus HIV-AIDS dan sikap kita terhadap hal tersebut
4. Menulis dan Membangun Paragraf
Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan yang sebenarnya, yaitu mulai membangun paragraf berdasarkan kerangka tulisan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Kembangkanlah setiap poin dan sub-poin menjadi sebuah paragraf.
Tips Menulis Paragraf
- Tuliskan hanya satu pokok pikiran dalam satu paragraf
- Letakkan gagasan inti pada kalimat pertama
- Kembangkan penjelasan dari gagasan inti pada kalimat-kalimat selanjutnya
- Perhatikan hubungan antara paragraf satu dengan yang lainnya, sehingga tulisan akan menjadi sebuah rangkaian yang berkesinambungan
Baca juga → Bercermin di Wajah Sungaiku, 21 Esai Bahas Citarum dan Cikapundung
5. Melakukan Revisi
Setelah semua paragraf terbangun lengkap dari bagian pembuka, isi, hingga paragraf penutup, tulisan kita sudah mendekati selesai. Selanjutnya kita perlu mengambil jarak sejenak, melakukan aktivitas lainnya, untuk memberi kesempatan pikiran kita beristirahat dari proses penulisan.
Setelah pikiran lebih segar, kemudian kita dapat membaca lagi tulisan itu. Biasanya, dengan pikiran yang lebih segar kita akan menemukan hal-hal yang perlu ditambahkan atau dikurangi, guna merevisi tulisan menjadi lebih baik.
6. Menyunting Naskah
Proses revisi kemudian dilanjutkan dengan proses penyuntingan. Fungsi proses penyuntingan adalah untuk memeriksa alur dan logika tulisan; memeriksa tata bahasa dan ejaan; serta menyunting paragraf dan kalimat.
Paragraf dan kalimat yang panjang biasanya sulit untuk dibaca. Apalagi bila kalimat yang digunakan adalah kalimat majemuk dengan anak kalimat bahkan cucu kalimat. Penyuntingan dilakukan untuk membuat kalimat lebih efisien, sehingga memudahkan pembaca memahami gagasan yang disampaikan di dalamnya.
7. Memublikasikan Tulisan
Setelah tulisan tuntas, naskah siap dipublikasikan. Saat ini ada banyak media publikasi yang dapat menjadi saluran untuk menerbitkan naskah tulisan yang telah kita buat. Sesuaikan media publikasi dengan jenis dan gaya tulisan yang kita buat, atau sebaliknya.
Sebetulnya, pada tahap awal mulai menulis, ada baiknya kita telah menentukan tulisan kita nantinya akan dipublikasikan di media apa. Dengan begitu, tulisan akan lebih terarah dan memiliki peluang lebih besar untuk terbit sesuai dengan kriteria dan karakter media penerbitnya.
Tips Penjudulan
Sebelum naskah dikirim untuk diterbitkan, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu judul artikel. Jangan remehkan judul artikel yang kita tulis, karena fungsinya sangatlah besar.
Judul artikel berfungsi untuk menarik perhatian pembaca, memberi gambaran tentang isi tulisan, dan merefleksikan “tone” dari tulisan. Judul juga mengandung kata kunci (keyword) yang akan muncul dalam mesin pencari. Hal ini adalah faktor yang sangat penting terutama bila artikel akan diterbitkan pada media online.
Judul yang menarik adalah judul yang menimbulkan rasa ingin tahu, membuat calon pembaca ingin membaca isi tulisan. Judul yang menarik juga tampak penting atau eksklusif, serta mengandung informasi terkini.
Contoh pada pembahasan sebelumnya, yaitu artikel yang dikembangkan dari ide HIV-AIDS, selanjutnya diberi judul “AIDS: Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya”. Naskah ini kemudian dikirimkan dan terbit di media publikasi berupa majalah3.
Setelah terbit, artikel tulisan kita menjadi “milik” pembaca. Ketika artikel sudah terbit, tulisan kita dibaca oleh publik, dan telah menjalankan fungsi yang menjadi motivasi awal kita untuk menulis. Tulisan kita akan menjadi sarana edukasi, menyampaikan gagasan, menunjukkan posisi kita terhadap suatu permasalahan, memengaruhi pembaca, atau tujuan-tujuan lainnya.
Kita selaku penulis juga perlu membaca lagi artikel yang telah terbit tersebut, sebagai bagian dari evaluasi untuk pengembangan diri selanjutnya.
Baca juga → Yuk, Nulis Yuk!
Terakhir, Dedeh Supantini yang juga seorang dokter spesialis saraf berpesan kepada para penulis pemula, khususnya yang belum pernah menulis.
“Mari mulai menulis, dengan cara mulai menulis!”
Menulis tidak bisa dilakukan hanya dengan berpikir dan bergagasan saja. Maka, tulislah gagasan itu dan tuntaskan menjadi sebuah karya tulis yang layak dipublikasikan.
(is)
CATATAN & REFERENSI
1) Esai “Berefleksi di Wajahmu, Cikapundung” karya Dedeh Supantini diterbitkan dalam buku kumpulan esai Bercermin di Wajah Sungaiku (Penerbit PT Kanisius, 2022);
2) Materi pelatihan menulis kreatif “Kiat Menulis dan Memublikasikan Artikel Populer di Media Online” oleh Dedeh Supantini (UK Maranatha) dan Is Mujiarso (detikcom), diselenggarakan oleh Perpustakaan Pusat UK Maranatha (8 Juni 2022);
3) Artikel “AIDS: Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya” terbit di Majalah M! Vol. 2 No. 6 (Desember 2019)
ilustrasi atas: Christin Hume on Unsplash
Apakah penulisan judul ada ketentuannya? Bagaimana dengan judul-judul heboh yang bikin penasaran, tetapi setelah artikel dibaca, isinya gitu-gitu aja?
Terima kasih. Ilmunya sangat bermanfaat 🙏
Ketentuan spesifik rasanya tidak ada. Judul-judul heboh yang clickbait sebaiknya dihindari, karena akan menyesatkan pembaca, dan mengurangi kredibilitas penulisnya. Terima kasih. Salam literasi.
Terima kasih atas tutorialnya. Izin bertanya, menulis artikel populer apakah harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku? Bagaimana agar tidak boring dan terkesan formal/ilmiah?
Bahasa Indonesia yang baku itu tidak selalu formal dan kaku. Meskipun baku, gaya penulisan dan pemilihan kata bisa membuat yang baku itu tampil luwes juga.
Langkah-langkahnya mudah diikuti. Baru tau ternyata 5W 1H punya nama beken adiksimba 👍👍
Terima kasih, saya dapat wawasan baru dari tutorial ini. Salam literasi