Waspada Omicron, Lakukan Langkah Ini bila Bergejala

Virus penyebab Covid-19 varian B.1.1.529 atau Omicron telah menyebar ke banyak negara. Omicron juga mendominasi lonjakan kasus Covid-19 Indonesia sejak awal tahun 2022. Berbeda dengan varian Delta, tingkat penularan Omicron jauh lebih tinggi, tetapi tingkat keparahannya rendah.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, “Sebagian besar kasus Omicron adalah OTG atau asimtomatik atau gejala sakitnya ringan. Jadi hanya gejala pilek, batuk, atau demam yang sebenarnya bisa sembuh tanpa perlu dibawa ke rumah sakit.”

Walaupun gejala Omicron tidak separah Delta, tetapi bagi orang yang lanjut usia, orang yang belum divaksin serta memiliki komorbid, tetap berpotensi sakit parah bahkan kematian.

Menkes Budi berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati. “Yang paling penting selalu pakai masker, hindari kerumunan karena penularan akan semakin tinggi. Kalau bisa kerja di rumah, di rumah saja, tidak usah pergi kemana-mana karena risiko tertularnya sedang tinggi,” ujarnya pada konferensi virtual 27 Januari 2022.

Apa yang Harus Dilakukan bila Bergejala?

Gejala Omicron secara umum adalah demam, batuk, flu, dan sakit tenggorokan. Lantas, apa yang harus dilakukan bila kita tiba-tiba menunjukkan gejala tersebut? Berikut ini langkah-langkahnya, dikutip dari covid19.go.id.

1. Lakukan tes PCR atau swab antigen. Jika hasil tes positif, tidak perlu khawatir.
2. Jika bergejala sedang, berat, dan kritis, segera ke rumah sakit.
3. Jika tanpa gejala atau gejala ringan, cukup isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpusat.
4. Jika berusia lebih dari 45 tahun dan memiliki komorbid, hubungi fasilitas kesehatan. Dokter pemeriksa akan menentukan apakah perlu dirawat di RS atau dapat dirujuk ke karantina atau isolasi terpusat.

Apa yang Perlu Diketahui tentang Isoman?

Saat kita melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.

1. Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak waktu pengambilan swab.
2. Usia pasien isoman maksimal 45 tahun dan tidak memiliki komorbid.
3. Dipantau petugas kesehatan (melalui telemedisin atau puskesmas setempat).
4. Rumah untuk isoman harus memiliki kamar atau lantai terpisah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik. Kamar mandi dalam rumah pasien terpisah dengan penghuni lain.
5. Menyiapkan alat pengukur kadar oksigen (pulse oxymeter) mandiri.
6. Tetap pakai masker saat keluar rumah.
7. Berkomitmen untuk isoman sampai selesai.