Apa Itu Art Therapy?

Rupanya hidup manusia di dunia ini makin kompleks dengan masalah dan beban tugas sehingga menimbulkan pertanyaan akan harkat hidupnya. Begitu banyak masalah dan persoalan yang tak terselesaikan oleh aktivitas keseharian. Terkadang waktu sehari, seminggu, sebulan bahkan setahun tak terasa bahwa tugas yang diembannya masih juga tersangkut problem dan sulit mendapat solusi. Akibatnya beban itu menjadi tekanan hidup yang berat, lebih jauh lagi bisa menjadi stres yang berlebihan, bahkan tak jarang terjadi depresi (tekanan batin).

Pelayanan psikologi untuk mereka yang mengalami masalah seperti itu diperlukan untuk mendampingi mereka yang ingin segera keluar dari beban dan tekanan batin. Memang konsultasi psikologi sering kali dapat membantu orang-orang yang mengalami tekanan hidup sehari-hari untuk memperoleh jalan keluar dari beban dan tekanan batin.

Namun, itu dapat terjadi manakala orang mau mengungkapkan masalah pribadinya kepada psikolog, yang tentu harus dan layak dipercaya. Di negara-negara Barat, karena kultur keterbukaan dalam komunikasi, hal ini sudah menjadi biasa dan berhasil dilakukan.

Akan tetapi, orang-orang yang sulit berkomunikasi dengan orang lain, apalagi yang belum dikenal atau baru ia kenal, walaupun ia tahu sedang berhadapan dengan profesional pelayan psikolog atau konselor, tentu akan sulit terbuka dan menceritakan segalanya. Hal ini menjadi tantangan para psikolog untuk mencari cara lain agar klien mau membuka diri dan mengungkapkan persoalan pribadi.

Adakalanya orang juga tidak dapat mengungkapkan secara verbal (dengan kata-kata) masalah beban tekanan batinnya. Oleh karena itu, art therapy adalah sarana bagi mereka yang sulit mengomunikasikan diri secara verbal, sehingga proses menggambar diharapkan mampu menjadi cara untuk mengungkapkan masalah dalam batin, yang akan tersalur dan terbuka pada terapis.

Art therapy dalam bahasa Indonesia disebut terapi seni, bertujuan untuk penyembuhan, dengan menggunakan alat atau tools seni. Mengapa menggunakan seni sebagai alat? Menurut penelitian para ahli psikologi, ternyata sejak dahulu kala seni adalah kegiatan manusia yang memberi kesenangan jiwa pelakunya. Dari aktivitas ringan hobinya datang menonton karya seni saja, seseorang sudah mendapat pengalaman kegembiraan hati.

Keterlibatan sebagai pelaku seni tentu lain. Hal ini dapat memberi lebih jauh pengalaman kesenangan secara lebih penuh, karena seluruh perhatian indra terkonsentrasi pada kegiatan daya imajinasinya, yang terungkap dan tertuang di atas peralatan yang tersedia sebagai medium seni yang digunakan untuk menampilkan kreasi imajinasi sebagai karyanya sendiri.


Apakah seorang seniman juga seorang terapis seni?

Tentu tidak dapat disebut demikian, karena untuk menjadi terapis seni (art therapist), diperlukan pendidikan akademis dengan kurikulum formal. Melalui proses pembelajaran mereka dipersiapkan menjadi lulusan yang memiliki komitmen mendasar dengan kemampuan sebagai terapis profesional yang bertanggung jawab mendampingi klien menuju proses penyembuhan.

Seseorang yang mengalami stres dengan keinginan untuk sembuh melalui proses art therapy dapat dilayani oleh terapis seni yang sudah melalui pendidikan sebagai terapis seni. Setidaknya oleh terapis seni yang sudah memiliki pengalaman belajar mengenai art therapy melalui berbagai short course dan workshop yang kini mulai diselenggarakan oleh organisasi profesional tenaga ahli terapis seni.

Kini terapi dengan seni lebih luas dari sekadar medium seni rupa saja. Seni musik, seni tari, seni fotografi, seni drama, seni pertunjukan, dan film juga dapat merupakan sarana untuk terapi bagi seseorang yang merindukan penyembuhan dari sakitnya. Bahkan, menulis juga bisa menjadi sarana terapi.

Seorang seniman yang berkomitmen menjadi penyembuh tentu akan meningkatkan kemampuan dengan studi khusus menjadi terapis, yakni program studi psikologi lanjutan. Ini merupakan program magister sains konsentrasi terapi seni, dengan kurikulum mata kuliah psikologi yang akan mengantar pembelajar berlatar belakang studi psikologi ataupun studi seni rupa dan desain, menuju keahlian sebagai pendamping mereka yang membutuhkan pelayanan penyembuhan dengan medium seni.

Sementara itu, mereka yang merindukan pelayanan penyembuhan melalui terapi seni sama sekali tidak dituntut dalam kemampuan menggambar. Usia kanak-kanak, remaja, dewasa muda atau mahasiswa, para eksekutif, bahkan keluarga-keluarga yang bermasalah, serta kelompok organisasi masyarakat yang membutuhkan pendampingan penyembuhan dan peningkatan kreativitas melalui pengalaman art therapy akan memperoleh penyembuhan serta menemukan kembali spirit kreativitas semangat hidup menuju sukses.

Daya penyembuhan pada pengalaman membuat karya seni dengan pendamping ahli dalam proses terapi seni juga diakui berpeluang untuk penyembuhan fisik, dalam bentuk pemulihan atau rehabilitasi, mengatasi penyakit atau gejala, atau menemukan arti bagi pengalaman serius dari penyakit yang mengancam jiwa. Upaya terapi untuk kesehatan menekankan penggunaan seni dalam pemulihan dari penyakit atau prosedur medis yang wajib dilalui.


Ekspresi seni untuk penyembuhan

Hasil riset kolega pada telaah ilmu kedokteran mempelajari bahwa kemampuan untuk mengekspresikan diri melalui seni rupa, seni fotografi, seni musik, seni tari, atau seni menulis ternyata mempersepsi peningkatan kenyamanan individual. Rasa nyaman meningkat bahkan pada orang cacat atau orang berpenyakit kronis.

Berarti seni mampu membantu individu mengatasi dan mengubah rasa percaya diri untuk menghadapi penyakit atau ketidaknyamanan fisik. Keahlian ini sungguh bermanfaat untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan karena dirinya sudah tak sanggup lagi menanggung beban berat kehidupan, atau berhadapan dengan masalah-masalah rumit.

Dengan proses terapi seni, akan terjadi suatu penyembuhan yang melegakan, membangkitkan kembali semangat hidup, menemukan kembali spirit kehidupan. Melalui proses terapi seni orang akan merasa lebih baik, lebih kreatif, dan lebih dimampukan dalam memecahkan kesulitan.

Seorang neurologist Oliver Sacks dari Inggris dalam kajiannya menyatakan: “Awakening, basically, is a reversal … the patient ceases to feel the presence of illness and absence of the world, and comes to feel the absence of his illness and the full presence of the world.” Seakan-akan ia tak lagi merasakan sakit, ada suatu pengalaman yang mendatangkan antusiasme baru, artinya suatu aspek terapeutik.

Dari evaluasi yang diperoleh pada proses kajian di lokasi panti rehabilitasi narkoba, ditunjukkan hasil yang memberi harapan. Klien mengalami tanda-tanda pulih menuju percaya diri, dan mengatasi keterpurukan kejiwaan yang semula telah menjadikannya putus asa atau bosan hidup, hingga berulang hendak melakukan upaya bunuh diri.

Setelah melalui pengalaman berkegiatan menggambar (drawing) dengan medium kertas dan pensil, selama beberapa bulan giat didampingi terapis sepekan sekali, terbukti pasien ini tak lagi mengungkapkan ekspresi gambaran keputusasaan, melainkan menggambar dengan penuh kegembiraan.

Ia membuat bentuk yang menimbulkan kelucuan dan harapan. Ia dapat tertawa dan mulai berkeinginan untuk melanjutkan studi seni karena merasa menemukan bakatnya dalam membuat gambar-gambar realis. Ia menjadi bersemangat untuk kemungkinan baru dalam studi. Ia kemudian bertanya, apakah ada program studi seni yang terbuka bagi usia dewasa? Tentu ini sebuah penemuan diri yang patut berlanjut sebagai tugas pendamping terapis seni agar membuka jalan baginya.

The Two Fridas (by Frida Kahlo)
“The Two Fridas” karya Frida Kahlo (Museo de Arte Moderno)

Beberapa seniman pun sebenarnya mengekspresikan diri ketika menghadapi rasa sakit, ketakberdayaan, dan sebagainya; seperti Frida Kahlo, seorang pelukis surealis dari Meksiko, yang sepanjang hidupnya melukiskan potret diri dengan masalah kesehatannya.

Penelitian terapi seni yang dilaksanakan penulis dalam riset penggunaan media drawing dengan medium kertas dan pensil tampak memberikan peluang penyembuhan dari stres berat akibat kekecewaan diri karena kecanduan narkoba. Sebuah peluang menuju harapan untuk hidup baru penuh percaya diri kembali, karena klien menemukan kesadaran baru memiliki kemampuan kreatif, yang akan menjadi pegangan langkah hidup baru sesudah menjalani rehabilitasi.

Beberapa anggota panti rehabilitasi ada juga yang masih berusia di bawah umur (belum 17 tahun). Bagaimana rasa khawatir para orang tua mereka? Persoalan hidup bagi keluarga yang mempunyai anak terkena problem narkotika adalah beban berat. Oleh karena itu, terapi seni juga menjadi jalan pendampingan keluarga. Tak hanya anak yang terlibat narkoba yang membutuhkan penyembuhan diri. Semoga para pemuda kita yang mempunyai kerelaan hati terpanggil menolong mereka, melayani menjadi terapis seni yang profesional.


Ditulis oleh Gai Suhardja dalam buku Drawing as Art Therapy

5 bintang | 5 penilai

Artikel ini adalah penggalan bab dari buku Drawing as Art Therapy


Jelajahi artikel inspiratif lainnya »