Andy F. Noya & Merry Riana, MED 3.0 speakers

Muda Kaya Raya, Tua Bahagia, Merry Riana Menyebut Rahasianya

Meniti karier di perusahaan besar, mulai dari bawah sampai posisi puncak menjadi direksi, presiden direktur, atau CEO, adalah impian karier yang diidam-idamkan banyak orang—dari generasi baby boomer. Betul sekali yang dikatakan oleh Andy F. Noya itu. Bila kita termasuk golongan ini, atau mungkin orang tua kita, pasti pernah mengidam-idamkan hal senada.

Bekerja di sebuah perusahaan besar, perusahaan asing atau multinasional, menjadi kebanggaan bagi generasi terdahulu. Namun generasi milenial jaman now tidaklah demikian. Mereka lebih tertarik memulai usahanya sendiri. Kenapa? Salah satunya karena melihat orang-orang yang berhasil membangun usahanya sendiri, dan menjadi miliarder di usia muda.

Baca juga → Ramai OVO Dicabut dan Facebook Hilang dari IG, Segitunya Arti Sebuah Nama?

Kopi Satu Triliun

Andy Noya menyebutkan beberapa contoh anak-anak muda yang berhasil. Mark Zuckerberg, kekayaannya mencapai 120 miliar dolar Amerika, kira-kira sekitar 1.800 triliun rupiah. Bayangkan!

Anak-anak muda Indonesia juga tidak kalah. Beberapa perusahaan start-up mereka malahan sudah menjadi unicorn bahkan decacorn. Contohnya adalah Nadiem Makarim dan William Tanuwijaya dengan Gojek dan Tokopedia, yang sekarang berkolaborasi menjadi GoTo.

Lalu ada Anderson Sumarli, salah satu founder fintech start-up “Ajaib”, yang usianya belum masuk kepala tiga. Usaha rintisannya masih relatif baru, tapi bisa mendapatkan pendanaan sampai triliunan. Hal itu membawanya menjadi unicorn ketujuh Indonesia, dan fintech unicorn pertama di Asia Tenggara.

Ada juga Edward Tirtanata, pengusaha muda yang mendapatkan suntikan investasi sampai 1,6 triliun untuk Kopi Kenangannya. Cuma jualan kopi, tapi ada nama-nama besar yang menginvestasikan dana dalam jumlah besar ke bisnisnya itu. Luar biasa bukan?

Kisah-kisah sukses miliarder-miliarder muda itu telah mendorong dan menginspirasi generasi muda di berbagai penjuru dunia. Mereka tidak lagi bercita-cita bekerja di perusahaan besar, tapi memimpikan merintis dan membangun usaha sendiri.

Menjadi miliarder dan triliuner di usia muda, mungkin mimpi yang kurang masuk akal.

Namun nyatanya sudah banyak yang berhasil membuktikannya. Itulah yang membakar semangat para milenial untuk mengikuti jalur yang sama. Mimpi menjadi entrepreneur dan menjadi kaya di usia muda, saat ini bukan sesuatu yang menakutkan untuk dimimpikan.

“Itu bagus,” kata bang Andy saat berbincang-bincang membahas topik “Generasi Berbagi” dalam acara ME-Inspiring MED 3.0 (Jumat, 15/10/2021). Itu berarti anak-anak milenial punya jiwa entrepreneurship. Mereka tidak mencari pekerjaan, tapi menciptakan lapangan pekerjaan. Akan lebih baik lagi bila para entrepreneur muda ini juga bisa berdampak bagi banyak orang.

Baca juga → Miliaran Rupiah Hibah Kompetisi Kampus Merdeka, Buat Apa?

Sociopreneur Lebih Keren

“Sayang sekali bila anak-anak muda ini hanya memikirkan sukses untuk dirinya sendiri,” pikirnya. “Sukses untuk diri sendiri sudah, lalu kemudian bagaimana dampak dari usaha dan kesuksesannya juga bisa dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya; itu lebih keren,” kata bang Andy. Pemikiran itu menjadi salah satu latar belakang timbulnya gagasan gerakan sociopreneurship yang ia inisiasi bersama rekan-rekannya sejak lima tahun lalu.

Itu cerita Andy Noya. Lalu, bagaimana cerita dari si pelaku, seorang entrepreneur yang kaya raya di usia muda? Penghasilannya mencapai satu juta dolar saat ia berusia 26 tahun. Anak muda inspiratif ini bernama Merry Riana.

Merry Riana mulai bermimpi besar pada usianya yang kedua puluh—“mimpi satu juta dolar”. Mimpi menjadi miliarder di usia muda, adalah mimpi yang besar. Punya passion, motivasi penuh, dan mindset yang positif untuk mewujudkan mimpi besar itu sangatlah perlu.

Bekerja dan membangun bisnis berdasarkan passion itu bagus, karena passion akan memberikan dorongan dan kekuatan. Namun jangan dipikir bahwa berbisnis sesuai passion membuat usaha kita lebih mudah dan lebih nyaman.

Motivasi yang kuat dan positive mindset juga sangat perlu, untuk menggerakkan kita mencapai tujuan yang ingin kita capai, dan menguatkan kita saat menghadapi rintangan. Namun tidak cukup sampai di situ.  “Positif mindset itu ngga akan mengubah hidup kita, tapi positive action, itu yang akan mengubahnya,” kata Miss Merry.

Baca juga → Perlukah Menjalani Bisnis Sesuai Passion?

Guess what? Positive action, terus bergerak untuk mewujudkan mimpi walaupun harus menghadapi kesulitan dan kegagalan, itu bukan perkara mudah! Miss Merry mengaku, dulu ia harus melewati perjuangan yang saat itu tidak terbayangkan. Ia juga pernah mengalami kondisi blank, sama sekali tidak tahu harus bagaimana. “Saya tidak boleh bertahan. Survival is not enough. Saya harus berjuang, keluar dari zona nyaman, dan berani bergerak!” Itu salah satu kuncinya.

Berangkat dari keluarga yang bukan kaya raya, saat ini Merry Riana sudah sukses dan kaya raya. Namun baginya, kesuksesan itu tidak berhenti. Setelah mimpi satu juta dolarnya tercapai, ia membuat mimpi baru, yaitu menginspirasi satu juta orang di Indonesia. Lanjut lagi, visi berikutnya adalah menjadi berdampak bagi Indonesia dan dunia.

Bermula dari mimpi menjadi orang sukses, ingin punya harta berjuta-juta dolar dan bisa membayar utang, kini ia ingin menciptakan dampak positif dalam kehidupan jutaan orang di Indonesia. Pada usianya yang keempat puluh, resolusi Merry Riana adalah ingin menciptakan dampak positif dari Indonesia untuk dunia. Luar biasa!

Merry Riana pada Talkshow MED, 15 Oktober 2021
Julianto Adinata (kiri) dan Merry Riana (kanan) pada sesi talkshow “Generasi Berbagi” MED 3.0 (sumber: Webinar Maranatha Entrepreneurship Day)

Itulah sociopreneur, caring entrepreneur, pengusaha yang berdampak bagi orang lain, bagi lingkungan sekitar, bagi sesama manusia. Sociopreneur adalah entrepreneur yang menggunakan cara-cara bisnis agar bisa mengatasi masalah bersama-sama, membuat social impact, tidak semata-mata mementingkan keuntungan saja. Bila di negara ini ada banyak sociopreneur, maka Indonesia akan semakin sejahtera.

“It’s not just profit, it’s not just passion, but live with a purpose. Life is really-really truly not just about achievement, but also about fulfillment.”

Merry Riana

Jangan Menunggu untuk Bahagia

Jadi, kalau saya sudah menjadi seorang entrepreneur sukses, punya banyak harta, maka saya akan berbagi, menjadi seorang caring entrepreneur yang berdampak sosial. Betul kan?

Ternyata tidak juga. Berbagi tidak harus menunggu ketika kita punya banyak harta. Kita bisa berbagi dengan apa yang kita miliki saat ini, dan itu tidak melulu harta. Bila kita punya talenta, punya ide, punya tenaga, dan punya apa pun yang bisa berdampak bagi orang lain, maka kita bisa berbagi saat ini juga. Tidak usah menunggu, karena hidup ini singkat.

Ketika kita berbagi dan memberi dampak bagi orang lain, maka ada kebahagiaan yang menghampiri, baik itu di sisi orang lain yang terkena dampak, juga bagi diri kita yang memberikan dampak itu. Perasaan bahagia itu timbul sebagai akibat adanya self-fulfillment.

“Kebahagiaan tidak akan habis hanya karena membaginya. Ketahuilah, kebahagiaan bertambah ketika kamu bersedia untuk berbagi.”

Andy F. Noya

Dengan demikian, seorang sociopreneur pastilah seorang yang sukses dan bahagia. Menjadi sukses dan bahagia, tidak perlu menunggu tua. Beranilah bermimpi sedari dini, bergeraklah, dan jadilah generasi berbagi.


(is)

Temukan artikel bisnis lebih lengkap di sini → Manis Getir Dunia Bisnis

bisnis khusus
5 bintang | 8 pendukung