Poster Harkitnas 2021 Kominfo

Kita Bangkit! … Ah, Jangan Omong Kosong

“Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh”

Kalimat itu menjadi tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2021. Kata bangkit tahun ini menjadi jargon yang populer, tidak hanya pada momentum Harkitnas, tetapi sebelumnya juga telah menggema di mana-mana. Tidak sedikit lembaga, institusi, perusahaan, dan komunitas yang menggunakan kata kunci bangkit dalam program-programnya.

Sesuai namanya, Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tentu sangat lekat dengan aura kebangkitan. Bicara mengenai kebangkitan, mungkin kita bertanya, bangkit dari apa? Yang paling umum, kata bangkit biasanya diasosiasikan dengan kubur, tidur atau duduk, keterpurukan.

Apakah ini saatnya bangkit dari kubur? Jelas tidak–hari ini saya masih bisa menulis coretan ini, dan Anda masih sempat membacanya. Apakah bangkit dari tidur? Bila yang dimaksud tidur adalah sengaja bersantai, tidak melakukan apa-apa, sepertinya juga tidak. Hari ini saya dan mungkin sebagian besar manusia sedang berusaha berlari, mengejar ketertinggalan. Berarti bangkit dari keterpurukan. Ya atau tidak?

Tidak ada biang kerok lain, ini pasti imbas pandemi Covid-19.

Keterpurukan Sesungguhnya

Bagi saya, keterpurukan adalah menghabiskan waktu di rumah terus, tidak bisa ke mana-mana; bekerja dari rumah ala WFH, yang tak kenal jam kerja; pakai masker dan cuci tangan terus, seperti orang paranoid; tidak bisa makan ini-itu, apalagi yang ngemper―terutama yang kurang meyakinkan tapi nikmat; enggan dekat-dekat dengan orang lain, karena khawatir tertular atau menularkan “sesuatu”; dan yang paling menyesakkan, tidak bisa leluasa bertemu dengan orang-orang yang saya cintai.

Tidak muluk-muluk memang. Hal-hal simpel yang sudah setahun lebih membayangi saya itu semakin hari semakin terasa tidak simpel, karena sedikit demi sedikit ternyata telah membuang banyak waktu dan kesempatan. Dalam setahun terakhir ini, saya juga kehilangan beberapa orang yang sebetulnya sangat ingin saya temui nanti saat pandemi reda. Namun terlambat, mereka sudah mendahului―sebagian gara-gara Covid. Bahkan, saya juga tidak dapat ikut serta mengantar kepergian mereka untuk terakhir kalinya, selain sebatas doa.

Bila ada yang menyerukan untuk bangkit, setuju! Saya akan bangkit, keluar dari keterpurukan itu. Bila sampai hari ini saya masih rajin menjalankan prokes 3M, 5M, dan lain-lain, jangan dipikir karena saya menyukainya. Itu perjuangan! Setidaknya itu adalah bukti bahwa saya tidak omong kosong.

Memang masih ada banyak urusan dan masalah lain yang jauh lebih besar, untuk dipikirkan dan dicari jalan keluarnya. Semuanya harus dipecahkan dan dilakukan bersama-sama agar Indonesia tidak terjerembap dalam keterpurukan. Kita bangkit menuju Indonesia maju! Ya mari kita wujudkan, jangan omong kosong, jangan latah slogan saja.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Kita bangkit, kita tangguh!


(is)

sumber gambar atas: kominfo.go.id

opini
5 bintang | 3 pendukung