Terapi plasma konvalesen mulai ramai diperbincangkan sejak tahun lalu, seiring merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia. Sejak pertama kali disiarkan melalui media massa nasional sekitar April 2020, masyarakat mulai mengenal terapi ini. Terlepas adanya kontroversi yang sebelumnya sempat menyeruak, saat ini terapi plasma konvalesen telah diakui sebagai salah satu senjata melawan Covid-19.
Sederhananya, terapi plasma konvalesen dilakukan dengan memberikan plasma orang yang telah sembuh dari Covid-19 kepada penderita Covid-19. Plasma yang didonorkan oleh para penyintas Covid-19 adalah bagian dari darah yang sudah mengandung antibodi Covid-19.
Terapi plasma konvalesen telah ikut menorehkan sejarah luar biasa bangsa Indonesia, sebagai salah satu pionir penghadang Covid-19 di negeri ini. Sebelum vaksin aktif ditemukan, terapi plasma konvalesen menawarkan pemecahan untuk mengatasi Covid-19 melalui imunisasi pasif. Ini adalah salah satu fakta yang membawa angin segar dan harapan dalam perjuangan melawan Covid-19.
Tujuh fakta berikut ini tidak kalah menariknya, dan sebagian mungkin belum banyak diketahui masyarakat.
- Fakta pertama: Metode Terapi Jadul
- Fakta kedua: Dipelopori Ahli Genetika dari Bandung
- Fakta ketiga: Buku Panduan RS Rujukan di Indonesia
- Fakta keempat: Pertama Kali di RSPAD Gatot Soebroto
- Fakta kelima: Efikasi Mencapai 90 Persen
- Fakta keenam: Gerakan Nasional
- Fakta ketujuh: Donor 36 Ribu Kantong Plasma
1. Metode Terapi Jadul
Terapi plasma konvalesen bukanlah hal baru. Terapi sejenis sudah dikenal sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Dilansir kemkes.go.id, penggunaan plasma dari penderita yang sembuh sebagai terapi telah dilakukan untuk pengobatan pada wabah penyakit flu babi pada tahun 2009, Ebola, SARS, dan MERS.
2. Dipelopori Ahli Genetika dari Bandung
Penerapan terapi plasma konvalesen di Indonesia dipelopori oleh Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, Sp.An., KIC., M.Si., M.M., MARS. Ia adalah seorang ahli genetika dan biologi molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Dalam sebuah acara webinar, dr. Monica mengisahkan perjuangannya agar terapi plasma konvalesen dapat diterapkan di Indonesia. Pada 18 Maret 2020 ia pun menyurati presiden Joko Widodo, dilandasi semangat yang kuat untuk membantu masyarakat Indonesia terlepas dari pandemi Covid-19. Atas segala jasa dan upayanya, dr. Monica pada 2 Juni 2020 memperoleh penghargaan MURI sebagai Pelopor Tata Laksana Terapi Plasma Konvalesen untuk Pasien Covid-19.
3. Buku Panduan RS Rujukan di Indonesia
Dokter Monica bersama dengan tim yang dibentuknya meluncurkan buku “Penatalaksanaan Terapi Plasma Konvalesen bagi Pasien Covid-19 di Indonesia” pada 6 April 2020. Buku ini telah digunakan sebagai acuan pelaksanaan terapi plasma konvalesen di rumah sakit-rumah sakit rujukan pemerintah dan swasta di seluruh Indonesia. Saat ini buku tersebut telah diperbarui hingga edisi ketiga.
4. Pertama Kali di RSPAD Gatot Soebroto
Terapi plasma konvalesen pertama kali diterapkan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Kepala Lembaga Eijkman, Amin Soebandrio dalam keterangannya pada 6 Mei 2020 menyatakan bahwa plasma konvalesen yang digunakan diambil dari orang-orang pada kasus-kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
Kementerian Kesehatan resmi memulai penelitian uji klinik terapi plasma konvalesen pada tanggal 8 September 2020. Rumah sakit yang telah siap memulai uji klinik tersebut adalah RSUP Fatmawati Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Dr. Ramelan Surabaya, dan RSUD Sidoarjo Jawa Timur. Uji klinik selanjutnya diikuti oleh 20 rumah sakit lainnya.
5. Efikasi Mencapai 90 Persen
Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menyatakan, “Hasil penelitian maupun praktik penggunaan plasma konvalesen di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh PMI dan Kementerian Kesehatan, serta beberapa rumah sakit utama di Jakarta, Yogyakarta, dan Malang juga menunjukkan efikasi yang tinggi, yaitu antara 60 persen sampai 90 persen.” Hal ini ia ungkapkan dalam acara Pencanangan Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen, 18 Januari 2021.
Tim Komunikasi Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional pada 9 Februari 2021 mengumumkan bahwa penelitian menyatakan pasien yang diberikan plasma konvalesen dengan titer antibodi Sars Cov-2 yang tinggi, dalam kurun waktu 72 jam berikutnya menunjukkan adanya penurunan risiko pasien mengalami gangguan pernapasan.
6. Gerakan Nasional
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) mencanangkan Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen sejak Januari 2021. Kedua lembaga ini gencar mengajak para penyintas Covid-19 untuk menjadi pendonor plasma.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito dalam keterangan pers di Istana Kepresidenan Jakarta, 9 Februari 2021 menyebutkan, “Donor plasma konvalesen merupakan upaya yang mulia sekaligus bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesembuhan yang diberikan-Nya.”
7. Donor 36 Ribu Kantong Plasma
Hingga 10 Mei 2021, PMI dan unit transfusi darah di rumah sakit-rumah sakit Indonesia telah mendistribusikan lebih dari 36.000 kantong plasma. Hal ini diungkapkan dalam International Webinar Convalescent Plasma Therapy yang diselenggarakan pada 21 Mei 2021.
(is)
#BersatuLawanCovid19
sumber gambar atas: covid19.go.id
Ini juga menarik → Antara Dahlan Iskan dan Dok Mo Konvalesen
Kerenn yang berani donor darahh.
https://unair.ac.id/